Penentuan Kadar Logam Berat (Pb, Cd, Cu, dan Zn) dalam Air dan Sedimen di Muara Sungai Cisadane
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Kimia Dasar II
Dosen : Yusraini DIS, M. Si
Disusun oleh :
Nurul Amilia
Muhammad Isa
Ali Panca
Ali Panca
Irma Latifiananingsih
PROGRAM
STUDI KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
2011
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
2011
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perkembangan industri di Negara Indonesia bisa dibilang
melaju sangat cepat, seperti dikota-kota besar seperti Jakarta. Pertumbuhan
jumlah perindustrian diikuti oleh peningkatan hasil jumlah limbah, baik limbah
padat, cair, maupun gas. Limbah
tersebut mengandung bahan kimia yang beracun dan berbahaya (B3) dan masuk ke
perairan Teluk Jakarta melalui 13 DAS (Daerah Aliran Sungai) yang bermuara ke
perairan ini. Salah satu dari limbah B3 tersebut adalah logam berat. Kehadiran
logam berat sangat mengkhawatirkan terutama yang bersumber dari pabrik, dimana
logam berat banyak digunakan sebagai bahan baku maupun sebagai bahan penolong.
Sifat beracun dan berbahaya dari logam berat ditunjukkan oleh sifat fisik dan
kimia bahan baik dari segi kualitas dan kuantitasnya.
Salah satu Perairan muara
Cisadane merupakan daerah yang berhadapan dengan Laut Jawa dan terletak di
pantai Utara Kabupaten Tangerang yang dialiri oleh Sungai Cisadane, serta kaya
akan hasil perikanan. Hampir 80% penduduk daerah ini adalah nelayan yang
kehidupan sehari-harinya adalah menangkap ikan dan membudi-dayakannya di
sekitar perairan tersebut. Penambahan jumlah penduduk dan komplek-komplek
pemukiman disepanjang perairan tersebut terlihat pesat. Peningkatan
perkembangan industri-industri di sepanjang Sungai Cisadane selain
memberikan dampak positif terhadap pembangunan, juga dapat memberikan dampak
negatif terhadap ekosistem perairan di sekitarnya. Dampak dari limbah yang
dibuang ke Sungai Cisadane tidak hanya pada sungai tersebut tetapi juga
berpengaruh hingga ke perairan tempat sungai tersebut bermuara muara yaitu
Teluk Jakarta. Selain dari sungai tersebut, perkembangan industri di wilayah
Jakarta yang pesat juga berakibat pada pembuangan air limbah industri-industri
tersebut ke perairan Teluk Jakarta. Pemantauan kualitas air di perairan
Teluk Jakarta perlu dilakukan sebagai salah satu usaha untuk menjaga kelestarian
perairan Teluk Jakarta.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
pada latar belakang, dapat dikemukakan permasalahannya adalah:
1. Bagaimana peningkatan hasil jumlah kadar logam berat yang
berada dalam air dan sedimen di perairan Sungai Cisadane, Banten?
2. Apakah dampak yang terjadi akibat peningkatan kadar logam berat pada air
laut terhadap proses metabolisme bagi organisme laut?
3.
Dampak dari limbah yang dibuang ke
Sungai Cisadane juga berpengaruh hingga ke perairan tempat sungai tersebut
bermuara muara yaitu Teluk Jakarta?
1.3
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar dan sebaran logam berat di
perairan muara Sungai Cisadane yang berada di Teluk
Jakarta.
1.4
Manfaat Penulisan
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat
berupa informasi,
analisis dan kajian mengenai logam berat di muara Sungai Cisadane. Hasil
penelitian diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam perumusan
kebijakan pengelolaan Perairan Muara Sungai Cisadane, baik untuk kegiatan
budidaya (marine culture) maupun kegiatan
penangkapan, dalam rangka mewujudkan sumberdaya
perikanan yang tidak tercemar logam berat.
1.5
Pembatasaan Masalah
Adapun Batasan masalah yang dibahas dalam penulisan
ini :
Lokasi objek studi dalam penulisan ini adalah di Perairan
muara Cisadane, Kabupaten Tangerang, Banten. Pemilihan lokasi ini dilakukan
karena :
a. Perairan muara Cisadane merupakan daerah estuari
yang berhadapan dengan Laut Jawa dan terletak di pantai Utara Kabupaten
Tangerang yang dialiri oleh Sungai Cisadane, serta kaya akan hasil perikanan.
Hampir 80 % penduduk daerah ini adalah nelayan yang kehidupan sehari-harinya
adalah menangkap ikan dan membudi-dayakannya di sekitar perairan tersebut.
b. Penambahan jumlah penduduk dan komplek-komplek
pemukiman di sepanjang perairan tersebut terlihat pesat.
c. Peningkatan perkembangan industri-industri di
sepanjang sungai Cisadane selain memberikan dampak positif terhadap
pembangunan, juga dapat memberikan dampak negatif terhadap ekosistem perairan
di sekitarnya
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Kondisi Umum
Sungai Cisadane berasal dari
Gunung Salak mengalir dari kota Bogor dan Tangerang kemudian bermuara di Laut
Jawa. Panjang Sungai Cisadane sampai ke Mauk (Kabupaten Tangerang) adalah 137,8
km, dengan rata-rata kemiringan dari hulu (+3,019 m) sampai ke Mauk (+2m)
adalah 21,9%
Sungai
Cisadane yang terbentang dari kota Bogor hingga Kabupaten Tangerang memiliki
fungsi penting yaitu untuk memenuhi hajat hidup orang banyak dengan segala
aktivitasnya. Salah satunya adalah air Sungai Cisadane digunakan sebagai sumber
bahan baku air minum. Fungsi ini mengharuskan adanya pelestarian kualitas air
sungai sehingga tetap memenuhi standar baku mutu sebagai sumber bahan baku air
minum.
Sisi lain
aktivitas yang ada di sepanjang badan sungai adalah padatnya aktivitas industri.
Dari sisi ini, industri memanfaatkan badan sungai untuk pembuangan limbahnya.
Harapan dan keharusan yang ada adalah limbah itu sudah melalui tahap pengolahan
limbah, tetapi banyaka industri yang justru mengabaikan hal tersebut. Inilah
dua sisi yang saling beerpengaruh terhadap kualitas air sungai Cisadane,
sehingga pemantauan terhadap kualitas sungai Cisadane sangat diperlukan.
2.2 Logam Berat
Logam berat adalah bahan-bahan alami yang berasal dan termasuk bahan
penyusun lapisan tanah bumi. Logam berat tidak dapat diurai atau dimusnahkan.
Logam berat dapat masuk ke dalam tubuh mahluk hidup melalui makanan, air minum,
dan udara. Logam berat berbahaya karena cenderung terakumulasi di dalam tubuh
mahluk hidup. Laju akumulasi logam-logam berat ini di dalam tubuh pada banyak
kasus lebih cepat dari kemampuan tubuh untuk membuangnya. Akibatnya
keberadaannya di dalam tubuh semakin tinggi, dan dari waktu ke waktu memberikan
dampak yang makin merusak.
Beberapa definisi terkait logam berat telah diusulkan oleh para ahli, ada
yang mendasarkan pada densitas, ada yang mendasarkan pada nomor atom
atau berat atom, dan definisi yang lain lagi menggolongkan logam berat
ini berdasarkan sifat toxic nya.
Definisi yang umum digunakan saat ini menggolongkan logam berat sebagai
golongan logam yang memiliki densitas melebihi 5,000 kg/m3. Pada dasarnya
mahluk hidup juga memerlukan logam berat dengan jumlah takaran yang bervariasi.
Manusia misalnya membutuhkan iron, cobalt, copper, manganese, molybdenum,
dan zinc pada jumlah tertentu. Akan tetapi, pada jumlah berlebih,
keberadaan logam berat tersebut mengakibatkan dampak yang merusak pada organ
tubuh.
Saat ini para ahli mulai mengklasifikasikan jenis-jenis logam berat
terutama yang perlu menjadi fokus perhatian paling tinggi untuk dikendalikan
keberadaannya di lingkungan. Logam-logam berat tersebut diantaranya adalah Ag,
As, Cd, Co, Cr, Cu, Hg, Mn, Mo, Ni, Pb, Sn, dan Ti.
Beberapa dari logam berat ini , pada takaran jumlah yang sedikit,
sebenarnya berguna bagi mahluk hidup (Co, Cu, Cr, Ni) dan beberapa yang lain
bersifat karsinogen (penyebab cancer) atau beracun/ berefek negatif pada
organ-organ tertentu, seperti pada sistem saraf pusat (Hg, Pb, As), organ ginjal atau
liver (Hg, Pb, Cd, Cu), serta kulit, tulang, atau gigi (Ni, Cd, Cu, Cr).
Dalam bahasan kali ini, akan diurai tiga polutan utama logam berat di
lingkungan yaitu Lead (Pb), Mercury (Hg) dan Cadmium (Cd).
2.3 Air
Air adalah zat cair yang tidak
mempunyai rasa, warna dan bau, yang terdiri dari hidrogen dan oksigen dengan
rumus kimiawi H2O. Karena air merupakan suatu larutan
yang hampir-hampir bersifat universal, maka zat-zat yang paling alamiah maupun
buatan manusia hingga tingkat tertentu terlarut di dalamnya. Dengan demikian,
air di dalam mengandung zat-zat terlarut. Zat-zat ini sering disebut pencemar
yang terdapat dalam air.
2.4
Pencemaran
Pencemaran lingkungan hidup menurut UndangUndang No
23 tahun 1997 adalah masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke
dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan
hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya.
Menurut Odum (1996) pencemaran perairan adalah
suatu perubahan fisika, kimia dan biologi yang
tidak dikehendaki pada ekosistem perairan yang akan menimbulkan
kerugian pada sumber kehidupan, kondisi kehidupan dan proses industri.
Sedangkan menurut definisi GESAMP (Group of Expert
on Scientific Aspect on Marine Pollution) in
Sanusi (2006) pencemaran laut diartikan sebagai masuknya zatzat
(substansi) atau energi ke dalam lingkungan laut dan estuari
baik langsung maupun tidak langsung akibat adanya
kegiatan manusia yang menimbulkan kerusakan pada lingkungan
laut, kehidupan di laut, kesehatan manusia, mengganggu
aktivitas di laut (usaha penangkapan, budidaya, alur
pelayaran) serta secara visual mereduksi keindahan (estetika).
Fardiaz (2006) mengistilahkan pencemaran air dengan istilah yang berbeda,
yaitu polusi air. Polusi air yang dimaksud adalah
penyimpangan sifatsifat air dari keadaan normal.
Darmono (1995) mengklasifikasikan sumber pencemaran logam
berat
berdasarkan
lokasinya :
1. pada
perairan estuaria, pencemaran memiliki hubungan yang erat
dengan penggunaan logam oleh manusia.
2. pada
perairan laut lepas kontaminasi logam berat biasanya terjadi secara
langsung dari atmosfer atau karena tumpahan minyak dari
kapalkapal tanker yang melaluinya,
3.
sedangkan di perairan sekitar pantai kontaminasi logam
kebanyakan berasal dari mulut sungai yang terkontaminasi
oleh limbah buangan industri atau pertambangan.
Penyebab terjadinya pencemaran lingkungan sebagian
besar disebabkan oleh tangan manusia. Pencemaran air dan tanah adalah pencemaran
yang terjadi di perairan seperti sungai, kali, danau, laut, air tanah, dan
sebagainya. Tingkat pencemaran yang terberat adalah
limbah industri yang dibuang atau dialiri ke sungai dan juga limbah tumpahan
minyak di lautan. Pencemaran disungai dan di lautan ini membuat ekosistem
didalam air menjadi berkurang bahkan mati. Untuk sungai, pembuangan limbah
industri atau pabrik telah merusak ekosistem sungai mencapai puluhan kilometer.
Limbah industri mengandung logam berat, toksin organik, minyak dan zat lainnya
yang memiliki efek termal yang dapat mengurangi kandungan oksigen didalam air.
Selain merusak sungai, limbah berbahaya ini juga dapat membahayakan kesehatan bagi masyarakat yang
tinggal disekitar daerah sungai tersebut yang menggunakan air sungai untuk
keperluan MCK (mandi, cuci, kakus).
2.5 Sedimentasi
Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan
material yang ditransport oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu
cekungan. Pengendapan material karena kecepatan tenaga media pengangkutnya berkurang.
Macam sedimentasi adalah sebagai berikut Sedimentasi akuatis yaitu sedimentasi
dari materi yang diangkut oleh air sungai, mengakibatkan timbulnya meander
sungai, datran banjir, tanggl alam, delta dan bantaran sungai. Sedimentasi
aedis yang terjadi karena pengendapan materi yang diangkut oleh angin, proses
ini menyebabkan timbunya gumuk pasir yang menyerupai bulan sabit (barkhan) dan
memanjang (whale buck). Dan sedimentasi glacial yang terjadi akibat pengikisan
oleh gletser pada musim semi, yang mengakibatkan lembah berbentuk V berubah
menjadi U.
Pada percobaan ini proses sedimentasi yang
terjadi adalah sedimentasi akuatis karena materi yang mengendap diangkut oleh
air sungai. Air sungai mengangkut partikel Lumpur dalam bentuk suspensi, ketika partikel mencapai muara dan
bercampur dengan air laut, partikel lumpur akan membentuk
partikel yang lebih besar dan mengendap di dasar
perairan.
Sedimen laut menurut asalnya
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu lythogenous,biogenous dan hydrogenous. Lythogenous adalah
sediment yang berasal dari batuan, umumnya berupa mineral
silikat yang berasal dari pelapukan batuan. Biogenous adalah sedimen yang berasal dari
organisme berupa sisa-sisa tulang, gigi atau cangkang
organisme, sedangkan hydrogenous merupakan
sedimen yang terbentuk karena reaksi kimia yang terjadi di laut.
Partikel sedimen mempunyai ukuran yang
bervariasi, mulai dari yang kasar
sampai halus. Skala Sedimen terdiri dari beberapa
komponen, bahkan tidak sedikit sedimen yang merupakan pencampuran
dari komponen-komponen tersebut. Adapun komponen itu bervariasi,
tergantung dari lokasi, kedalaman dan geologi dasar. Pada saat buangan limbah
industri masuk ke dalam suatu perairan maka akan terjadi
proses pengendapan dalam sedimen. Hal ini menyebabkan konsentrasi
bahan pencemar dalam sedimen meningkat.
Logam berat yang masuk ke dalam lingkungan
perairan akan mengalami pengendapan,
pengenceran dan dispersi, kemudian diserap oleh organisme yang hidup di perairan tersebut. Pengendapan logam berat di suatu perairan
terjadi karena adanya anion karbonat hidroksil dan
klorida. Logam berat mempunyai sifat yang mudah mengikat
bahan organik dan mengendap di dasar perairan dan bersatu
dengan sedimen sehingga kadar logam berat dalam sedimen
lebih tinggi dibanding dalam air.
Konsentrasi logam berat
pada sedimen tergantung pada beberapa faktor
yang berinteraksi. Faktor-faktor tersebut
adalah :
1. Sumber dari mineral sedimen antara sumber alami
atau hasil aktifitas manusia. Melalui partikel pada lapisan permukaan atau lapisan
dasar sedimen.
2. Melalui partikel yang terbawa sampai ke lapisan
dasar.
3. Melalui penyerapan dari logam berat terlarut
dari air yang bersentuhan.
Beberapa material yang terkonsentrasi di udara
dan permukaan air mengalami oksidasi, radiasi ultraviolet, evaporasi dan
polymerisasi. Jika tidak mengalami proses pelarutan, material ini akan saling
berikatan dan bertambah berat sehingga tenggelam dan menyatu dalam sedimen.
Logam berat yang diadsorpsi oleh partikel tersuspensi akan menuju dasar
perairan, menyebabkan kandungan logam di air menjadi lebih rendah. Logam berat
yang masuk ke sistem perairan, baik di sungai maupun lautan akan dipindahkan
dari badan airnya melalui tiga proses yaitu pengendapan, adsorbsi, dan absorbsi
oleh organisme-organisme perairan.
BAB III
Metode
Penelitian
3.1
Tempat, Waktu, dan Tanggal Penelitian
Penelitian kandungan logam berat di
perairan muara Sungai Cisadane dilakukan pada bulan Juli dan Nopember 2005.
3.2
Alat dan Bahan
Alat :
1. GPS
( Global Positioning System)
2. AAS
( Atomic Absorption Spectroscopy)
3. Kertas
Saring Selulosa
4. Corong
Pisah
5. Freezer
6. Beaker
Teflon
7. Oven
8. Lumpang
dan Alu
Bahan :
1. HCl
(Asam Klorida)
2. HNO3
(Asam Nitrat) pH < 2
3. Aquadest
4. Sampling
Air Sungai dari berbagai Stasiun
5. Sedimen
dari berbagai Stasiun yang ditentuka
3.3 Metode
Sampling :
Posisi stasiun ditetapkan dengan
menggunakan GPS (Global Positioning System).
Contoh air lautdiambil dari 18 stasiun demikian juga untuk contoh sedimen yaitu
16 stasiun di muara Sungai Cisadane dan 2 stasiun disepanjang Sungai Cisadane.
Contoh air diambil dengan cara water
sampling sebanyak 5 liter yang kemudian disaring dengan kertas saring selulosa
nitrat yang sebelumnya dicuci dengan HNO3. Setelah itu air diawetkan
juga dengan HNO3 (pH 2). Setelah diawetkan sampel dibawa ke
laboratorium di jakarta dan dimasukkan kedalam corong pemisah lalu di ekstraksi
dengan APDC/NaDDC/ MIBK.
Contoh
sedimen diambil menggunakan teknik grab, kemudian sampel sedimen dimasukkan
kedalam botol polietilen, disimpan didalam lemari pendingin atau freezer lalu
dibawa ke laboratorium oseanografi di jakarta. Lalu setelah di laboratorium di
jakarta, sampel dikeringkan di oven dalam waktu 8 jam pada suhu 105oC.
Setelah kering dibilas dengan air suling sebanyak 3 kali agar terbebas dari logam
beratnya. Setelah dibilas, lalu dikeringkan lagi dan digerus sampai homogen.
Ambil sampel yang telah homogen sebanyak 5gram dan di destruksi dengan HCl pada
suhu diatas 100oC selama 8 jam. Untuk mendeteksi ada tidaknya
kontaminasi selama pengambilan sampel, penyaringan, pengawetan dan transportasi
ke Jakarta, maka dilakukan Metode Blanko (control).
Kadar logam berat (Pb, Cd, Cu, dan Zn)
dalam contoh air dan sedimen ditentukan dengan AAS (Atomic
Absorption Spectroscopy).
Bab iv
Pembahasan
Dari hasil
analisis kadar logam berat dalam air laut dan sedimen disajikan pada Tabel 1.
Tabel tersebut menunjukkan bahwa kadar logam berat (Pb, Cd, Cu, Zn dan Ni )
dalam air laut di perairan muara Sungai Cisadane pada Juli 2005 pada umumnya
lebih rendah dibandingkan pada bulan Nopember 2005. Kadar logam berat
dalam air laut pada bulan Juli 2005 berkisar antara Pb ≤ 0,001-0,005 ppm, Cd ≤
0,001-0,001 ppm, Cu ≤ 0,001-0,001 ppm, Zn ≤ 0,001 ppm dan Ni ≤ 0,001-0,003 ppm.
Kadar logam berat (Pb, Cd, Cu, Zn dan Ni ) dalam air laut di muara Sungai
Cisadane yang cukup tinggi pada bulan Juli 2005 adalah logam Pb kemudian
diikuti logam Ni, Cu, Zn dan Cd. Kadar logam Cd, Cu, Zn dan Ni pada bulan Juli
2005 di hampir setiap stasiun memiliki kadar yang rendah sekali yaitu <
0,001 ppm. Sedangkan pada bulan Nopember 2005 berkisar antara Pb ≤ 0,001- 0,003
ppm, Cd ≤ 0,001-0,001 ppm, Cu ≤ 0,001-0,004 ppm, Zn ≤ 0,001-0,003 ppm dan Ni ≤
0,001-0,003 ppm (Tabel 1).
Daerah muara dan sepanjang sungai kerap dijadikan
alat transportasi, penggunaan motor pada alat transportasi laut membutuhkan bahan
bakar dan menghasilkan buangan limbah Pb yang akhirnya mempengaruhi kualitas
air laut di daerah tersebut. Tingginya kadar logam Pb pada bulan Juli 2005
dimungkinkan karena di lokasi tersebut merupakan tempat berlabuhnya kapal-kapal
yang limbahnya terbuang ke laut. Umumnya bahan bakar minyak mendapat zat
tambahan tetraetyl yang mengandung Pb untuk meningkatkan mutu,
sehingga limbah dari kapal-kapal tersebut dapat menyebabkan kadar Pb di perairan
tersebut menjadi tinggi. Rendahnya kadar logam berat pada bulan Juli 2005
dimungkinkan karena adanya proses pengenceran oleh faktor pola pasang surut.
Saat melakukan sampling, keadaan gelombang air laut cukup besarberbeda dengan
bulan Nopember 2005 dimana keadaan gelombang air laut cukup tenang, sehingga
logam berat tersebut mengalami proses pengenceran cukup rendah. Namun pada
bulan November 2005 kada logam berat yang cukup tinggi adalah Ni kemudian
diikuti logam Cu, Pb, Zn dan Cd. Tingginya kadar logam berat Ni pada bulan
November 2005 dimungkinkan karena bahan cemaran yang berasal dari darat banyak
mengandung logam Ni. Saat pengambilan sampel pada bulan Nopember 2005, keadaan
gelombang air laut cukup tenang sehingga kadar Cd, Cu dan Zn dalam air laut di setiap
stasiun cukup tinggi yaitu berkisar antara <0,001-0,004 ppm (Tabel 1). Kadar
logam berat dalam air laut yang sangat bervariasi di setiap stasiun pada
umumnya ditemukan bulan November 2005. Kadar logam berat yang cukup tinggi pada
umumnya ditemukan pada lokasi-lokasi yang lebih dekat ke pantai baik pada bulan
Juli 2005 maupun November 2005 (Tabel 1, Gambar 1).
Hal ini menunjukkan bahwa sumber
logam tersebut berasal dari aktivitas di darat.
Distribusi
kandungan Pb merata per stasiunnya di masing-masing lokasi dan pada kedua
periode tersebut. Distribusi logam Pb pada bulan Juli 2005 dan logam Cu
pada bulan November 2005 dengan kadar yang tinggi ditemukan di dekat pantai dan
menurun ke arah laut serta pada umumnya ditemukan di muka muara sungai yaitu
Sungai Cisadane, Muarasaban dan Tanjung Pasir. Distribusi logam Pb dan Zn pada
bulan Juli 2005 bervariasi dan merata di seluruh stasiun penelitian. Hal ini
menjelaskan bahwa kemungkinan besar Cu yang dikandung di perairan ini berasal
dari buangan sampah kota yang berasal dari kegiatan manusia di darat dan erosi
batuan mineral, sedangkan logam Zn berasal dari batu dan lumpur lahar,
banyaknya aktivitas manusia yang meningkatkan konsentrasi Zn dalam alam,
seperti industribiji besi dan logam. Hal ini dimungkinkan bahwa bahan pencemar
yang mengandung logam Pb, Cu dan Zn yang berasal dari darat cukup tinggi
terbawa oleh air hujan kemudian mengalir ke laut melalui sungai.
Distribusi kandungan Cd di muara sungai
Cisadane di semua stasiun merata, tetapi tidak menunjukkan korelasi antara
kadar Cd dengan jarak stasiun yang menjauhi muara. Kandungan Cd secara
keseluruhan pada bulan Juli 2005 dan November 2005 adalah < 0,001 ppm.
Secara umum kandungan logam berat antar stasiun di lokasi pengamatan
menunjukkan distribusi yang seragam, baik stasiun yang dekat dengan muara
sungai maupun stasiun yang jauh dari muara sungai. Logam berat yang semula
terlarut dalam air sungai diadsorbsi oleh partikel halus (suspended solid) dan oleh aliran air sungai dibawa ke muara. Di
muara, arus air sungai bertemu dengan arus pasang dan kondisi arus gelombang
yang cukup tenang, sehingga logam tersebut mengalami pengenceran cukup rendah.
Berdasarkan hasil pengamatan, kadar logam berat umumnya masih tergolong rendah,
kualitas airnya masih tergolong baik karena tidak ditemukan adanya lokasi yang
kadar logam berat yang melebihi NAB (Nilai Ambang Batas) baku mutu air laut
untuk kehidupan biota laut. Bila mengacu pada NAB yang ditetapkan oleh
pemerintah tahun 1988 untuk kepentingan kehidupan biota laut, yakni kadar Pb ≤
0,075 ppm, Cd ≤ 0,01 ppm, Cu ≤ 0,06 ppm, Zn ≤ 0,1 ppn dan Ni ≤ 0,1 ppm maka
kadar Pb, Cd, Cu, Zn dan Ni di perairan muara Sungai Cisadane masih sesuai dan
belum berbahaya bagi kehidupan biota yang hidup di perairan tersebut. Demikian juga
bila mengacu pada NAB peruntukan kehidupan biota laut yang telah ditetapkan oleh
pemerintah tahun 2004 yakni untuk logam Pb = 0,008 ppm, Cd ≤ 0,001 ppm, Cu ≤
0,008 ppm, Zn = 0,05 ppm dan Ni = 0,05 ppm maka perairan muara Sungai Cisadane
masih layak untuk kehidupan biota laut yang hidup di perairan tersebut.
Dari hasil
analisis dapat diketahui bahwa kadar logam berat (Pb, Cd, Cu, Zn dan Ni) dalam
sedimen yang ditemukan pada bulan Juli 2005 didominasi oleh logam Zn dengan urutan
sebagai berikut Zn > Cu > Pb > Ni > Cd. Hal yang sama ditemukan
pada pengamatan yang dilakukan pada bulan Nopember 2005. Pada bulan Juli 2005,
kisaran logam berat Zn = 33,96-115,40 ppm, Cu = 8,15-34,59 ppm, Pb = 9,42-34,40
ppm, Ni = 4,44-8,46 ppm dan Cd = 0,02-0,03 ppm. Sedangkan pada bulan November
2005 logam berat Zn berkisar antara 43,87-172,78 ppm, Cu = 5,08-34,22 ppm, Pb =
10,32-37,50 ppm, Ni = 3,80-8,60 ppm dan Cd = 0,038-0,20 ppm (Tabel 1). Hampir semua
logam berat yang ditemukan pada sedimen di perairan muara Sungai Cisadane dalam
jumlah relatif tinggi, kecuali Cd ditemukan dalam jumlah sangat kecil, yakni
< 0,014 – 0,20 ppm. Kadar logam berat Pb, Cd, Cu, Zn dan Ni dalam sedimen di
perairan muara Sungai Cisadane yang cukup tinggi pada umumnya ditemukan di
stasiun 2, 3, 4, 5, 9, 11 dan 16 pada pengamata Juli 2005 (Gambar 1). Tingginya
kadar logam berat dalam sedimen di stasiun tersebut menunjukkan bahwa terjadi
akumulasi dalam sedimen. Hal ini terlihat dari komposisi (tekstur) sedimen
tersebut yang berupa lumpur berwarna hitam, dimana lumpur tersebut mempunyai
pori-pori yang cukup kecil, daya adsorbsinya cukup tinggi, sehingga kadar logam
berat yang didapat cukup tinggi. Pada bulan Nopember 2005, kadar logam berat
yang cukup tinggi ditemukan di stasiun 2, 4, 5, 9, 16, 17 dan 18 (Gambar 1).
Hal yang sama juga diperoleh pada bulan Nopember 2005, yakni sampel sedimen mempunyai
komposisi (tekstur) berupa lumpur berwarna hitam. Stasiun-stasiun tersebut
berada dekat muara sungai dan pantai tempat berlabuh kapal-kapal yang selesai
bongkar muat barang-barang yang diperlukan oleh industri dan masyarakat yang
ada disekitar lokasi tersebut.
Logam berat yang semula terlarut
dalam air sungai diadsorbsi oleh partikel halus (suspended solid) dan oleh aliran air sungai dibawa ke muara. Air
sungai bertemu dengan arus pasang di muara sungai, sehingga partikel halus
tersebut mengendap di muara sungai. Hal inilah yang menyebabkan kadar logam
berat dalam sedimen muara lebih tinggi dari laut lepas.
Pada umumnya muara sungai mengalami proses
sedimentasi, dimana logam yang sukar larut mengalami proses pengenceran yang
berada di kolom air lama kelamaan akan turun ke dasar dan mengendap dalam
sedimen. Kadar logam yang cukup tinggi dapat dilihat dari nilai pH yang relatif
bersifat basa (pH = 7,40-8,59 %o) di lokasi tempat logam tersebut sukar larut
dan mengendap ke dasar perairan. Kadar logam berat dalam sedimen pada bulan
Juli 2005 lebih rendah dibandingkan pada bulan November 2005, namun
perbedaannya tidak begitu signifikan. Hal ini dimungkinan karena waktu
pengambilan sampel pada bulan Juli 2005 dan November 2005 cukup berdekatan
waktunya dan belum terjadi proses pengendapan logam ke dalam sedimen lebih
lanjut sehingga kadar logam berat yang diperoleh memiliki perbedaan yang kecil.
Kadar logam berat di sedimen beberapa lokasi yang
belum tercemar seperti daerah Tor Bay Grand Bretagne mempunyai kandungan Pb
dengan kisaran antara 21,3-65,7 ppm, kandungan Cd dengan kisaran antara
0,020-0,070 ppm, kandungan Cu berkisar antara 0,2-0,7 ppm, kandungan Zn berkisar
antara 10,7-42,0 ppm dan perairan lain di Indonesia yang belum tercemar
memiliki kandungan Ni berkisar antara 10,7-42,0 ppm. Apabila kadar logam berat
pada sedimen diperairan muara Sungai Cisadane dibandingkan dengan perairan di
daerah yang belum tercemar tersebut maka dapat dikatakan bahwa kadar Pb dalam
sedimen di muara Sungai Cisadane yang berkisar antara 10,32-37,50 ppm masih
lebih rendah atau berada di kisaran nilai kandungan logam tersebut di perairan
yang belum tercemar. Berdasarkan Reseau National d’Observation (RNO), kadar
normal Pb dalam sedimen yang tidak terkontaminasi berkisar antara 10-70 ppm. Kadar
Pb di sedimen perairan muara Sungai Cisadane masih lebih rendah dari nilai yang
ditetapkan tersebut. Kadar Cd,Cu, Zn dan Ni di sedimen perairan muara Sungai
Cisadane lebih tinggi dibandingkan dengan harga kandungan logam-logam tersebut
di daerah perairan yang belum tercemar. Namun dalam lumpur di perairan bagian
utara Bretagne ditemukan kadar Cu yang berkisar antara 4,4-41,6 ppm dan kadar
Zn berkisar antara 38,8-268,0 ppm, yang memiliki harga lebih tinggi
dibandingkan kandungan logam Cu dan Zn di sedimen perairan muara Cisadane.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sedimen di
perairan ini telah terkontaminasi oleh logam berat Cd dan Ni dan belum terlalu tercemar
oleh logam berat Pb, Cu dan Zn. Kadar logam berat dalam sedimen lebih tinggi
dibandingkan dalam air laut. Hal ini menunjukkan adanya akumulasi logam berat
dalam sedimen. Hal ini dimungkinkan karena logam berat dalam air mengalami
proses pengenceran dengan adanya pengaruh pola arus pasang surut. Rendahnya
kadar logam berat dalam air laut, bukan berarti bahan cemaran yang mengandung
logam berat tersebut tidak berdampak negatif terhadap perairan, tetapi lebih
disebabkan oleh kemampuan perairan tersebut untuk mengencerkan bahan cemaran
yang cukup tinggi (Tabel 1). Baku mutu logam berat di dalam lumpur atau sedimen
di Indonesia belum ditetapkan, padahal senyawa-senyawa logam berat lebih banyak
terakumulasi dalam sedimen (karena proses pengendapan) yang terdapat kehidupan
biota dasar. Biota dasar yang resisten terhadap perubahan kualitas lingkungan
(tercemar oleh logam berat) dapat dijadikan sebagai indikator pencemaran.
Tabel 2 memperlihatkan kadar
beberapa logam berat di perairan muara Sungai Cisadane dan beberapa perairan
lain di Indonesia. Tabel tersebut menunjukkan bahwa kadar logam berat Pb, Zn
dan Ni dalam air laut di muara Sungai Cisadane pada umumnya lebih rendah
dibandingkan dengan perairan Teluk Jakarta, Teluk Banten-Merak dan Kalimantan
Timur. Tingginya kadar Pb di perairan tersebut karena limbah dari kapal-kapal
yang berlabuh di ketiga perairan tersebut lebih banyak dibandingkan dengan
muara Sungai Cisadane. Kandungan Zn dan Ni yang tinggi dimungkinkan karena
limbah industri yang ada di sekitar ketiga perairan tersebut. Kadar logam berat
Cu di muara Sungai Cisadane ditemukan lebih tinggi dibandingkan dengan kadar
logam tersebut di perairan Teluk Banten-Merak namun lebih rendah dibandingkan
dengan kadar Cu yang ditemukan di Teluk Jakarta pada tahun 2003 dan 2004. Hal
ini dimungkinkan karena limbah sampah kota berasal dari kegiatan manusia di
darat yang mengalir ke perairan Teluk Jakarta lebih banyak dibandingkan dengan
di muara sungai Cisadane.
Tabel 3 memperlihatkan kadar
beberapa logam berat dalam sedimen di perairan muara Sungai Cisadane dan
beberapaperairan lain di Indonesia. Tabel tersebut menunjukkan bahwa kadar
logam berat Cd, Zn, Ni dalam sedimen di perairan muara Sungai Cisadane pada
umumnya lebih rendah dibandingkan di perairan Teluk Jakarta, Teluk Banten-Merak
dan muara Sungai Dadap. Namun perairan muara Sungai Cisadane paska banjir
memiliki kadar logam Cd, Zn, Ni yang lebih tinggi dibandingkan ketiga perairan
tersebut. Kadar logam berat Pb di sedimen muara Sungai Cisadane lebih rendah dibandingkan
di perairan Teluk Jakarta, Teluk Banten-Merak, namun lebih tinggi dibandingkan
dengan muara Sungai Dadap dan muara Sungai Cisadane paska banjir. Hal ini
dimungkinkan karena di sekitar perairan Teluk Jakarta terdapat banyak industri
dan padat penduduknya sehingga bahan pencemar yang mengalir ke perairan laut
lebih tinggi dibandingkan di muara sungai Cisadane. Tingginya kadar Pb di
perairan tersebut karena limbah dari kapal-kapal yang berlabuh di perairan
tersebut lebih banyak dibandingkan dengan di muara Sungai Cisadane.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kadar logam berat dalam sedimen di perairan muara
Sungai Cisadane lebih tinggi dibandingkan dalam air laut. Yang menunjukkan
adanya akumulasi logam berat dalam sedimen. Hal ini terjadi karena logam berat
mengalami proses pengenceran dalam air dengan pengaruh pola arus pasang surut.
Rendahnya kadar logam berat dalam air laut, bukan berarti bahan cemaran yang
mengandung logam berat tersebut tidak berdampak negatif terhadap perairan,
namun lebih disebabkan karena kemampuan perairan tersebut yang cukup tinggi
untuk mengencerkan bahan cemaran. Secara umum kandungan logam berat antar
stasiun di lokasi pengamatan menunjukkan distribusi yang seragam, baik stasiun
yang dekat dengan muara sungai maupun stasiun yang jauh dari muara sungai.
5.2 Saran
Pada penelitian ini hanya
dilakukan dengan cara pengambilan sampling air dan sedimen. Penelitian ini juga
masih banyak kekurangan, diantaranya pengambilan sampling dalam jangka waktu
yang terlalu singkat. Penelitian hanya dilakukan pada bulan juni dan november
2005. Hal ini membuat logam berat yang menjadi sedimen belum mengendap
sempurna. Oleh karena itu tak terlihat perubahan yang signifikan dari kandungan
logam berat yang diteliti sebelumnya. Dan bagi perusahaan industri jangan mengalirkan limbah ke perairan secara
langsung, tetapi limbah industri tersebut harus diolah dan dibuat aliran
irigasi pembuangan limbah. Dan limbah tersebut harus dipikirkan untuk diolah
kembali. Hal ini disebabkan limbah
buangan industri banyak mengandung logam berat. Hasil pengolahan limbah
tersebut dapat dimanfaatkan untuk hal lain seperti pupuk. Karena bagaimanapun juga, logam berat
berguna untuk makhluk hidup dalam jumlah yang wajar.
Daftar pustaka
G. E. Batley, D. Garnerd, Water
Research 11 (1977) 745.
K. W. Bruland, R. P. Franks; G.
E. Kuaner, J. H. Martin, Anal. Chem. 105 (1979) 233.
D. H. Loring,
R. T. T. Rantala, Geochemichal Analysis of Sediment and Suspended Particulated
Matter, Fisheries and Marine Service Technical Report No. 700, Environmental
Canada, 1977.
H. P.
Hutagalung, Pencemaran Laut oleh Logam Berat: Status Pencemaran Laut di
Indonesia dan Teknik Pemantauanya, P3O-LIPI, Jakarta, 1991.
Kementrian
Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Keputusan No. 02/MNKLH/I/1988 tentang
Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan, Kementrian Negara Kependudukan dan
Lingkungan Hidup, Jakarta, 1988.
Kementrian Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup,
Keputusan No. 51/MNKLH/I/2004 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Air Laut,
Kementrian Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Jakarta, 2004.
D. Taylor, Estuarine and Coastal
Marine Science 2 (1974) 417.
J. M. Everaarts, Nederland
Journal of Sea Research 23 (1980) 403.
2 comments:
Replacement Acrylic Habañero Hypoallergenic Titanium Earrings
Replacement Acrylic Habañero titanium powder Hypoallergenic black oxide vs titanium drill bits Titanium Earrings for Women's 2020 ford ecosport titanium T.E.D.T..$8.99. used ford escape titanium Replacement titanium i phone case Acrylic Handles.
u464p4qltzo345 sex doll,male masturbator,male sex toys,horse dildo,love dolls,dog dildos,strap on vibrator,sex chair,dog dildo i530j6fwbyn568
Post a Comment