LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK
KOROSI BESI
Oleh
ALI PANCA
1110096000028
Kelompok 5
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2011
PERCOBAAN I
KOROSI BESI
Rabu, 12
Oktober 2011
I.
Tujuan
·
Mengamati
perubahan/perkaratan besi
·
Mengamati proses
oksidasi dan reduksi yang terjadi pada besi
II.
Dasar Teori
Besi
merupakan logam yang menempati urutan kedua dari logam-logam yang umum terdapat
pada kerak bumi. Besi cukup reaktif, besi bila dibiarkan di udara terbuka untuk
beberapa lama mengalami perubahan warna yang lazim disebut perkaratan besi. Proses perubahan besi menjadi
besi berkarat merupakan reaksi redoks yang melibatkan oksigen :
Korosi
atau perkaratan logam merupakan proses oksidasi sebuah logam dengan udara atau
elektrolit lainnya, dimana udara atau elektrolit akan mengami reduksi, sehingga
proses korosi merupakan proses elektrokimia. Korosi dapat terjadi oleh air yang
mengandung garam, karena logam akan bereaksi secara elektrokimia dalam larutan
garam (elektrolit). Pada proses elektrokimianya akan terbentuk anoda dan katoda
pada sebatang logam. Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan
besi. Korosi dapat juga diartikan
sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan
lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan
dari proses ekstraksi logam
dari bijih mineralnya. Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi
oksida atau besi
sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang
digunakan untuk pembuatan baja atau baja
paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan
lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida).
Faktor yang berpengaruh
terhadap korosi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang berasal dari bahan itu
sendiri dan dari lingkungan. Faktor dari bahan meliputi kemurnian bahan,
struktur bahan, bentuk kristal, unsur-unsur kelumit yang ada dalam bahan,
teknik pencampuran bahan dan sebagainya. Faktor dari lingkungan meliputi
tingkat pencemaran udara, suhu, kelembaban, keberadaan zat-zat kimia yang
bersifat korosif dan sebagainya. Bahan-bahan korosif (yang dapat menyebabkan
korosi) terdiri atas asam, basa serta garam, baik dalam bentuk senyawa
an-organik maupun organik. Penguapan dan pelepasan bahan-bahan korosif ke udara
dapat mempercepat proses korosi. Udara dalam ruangan yang terlalu asam atau
basa dapat mempercepat proses korosi peralatan elektronik yang ada dalam
ruangan tersebut.
Deret Volta dan hukum
Nernst akan membantu
untuk dapat mengetahui kemungkinan terjadinya korosi. Kecepatan korosi sangat
tergantung pada banyak faktor, seperti ada atau tidaknya lapisan oksida, karena
lapisan oksida dapat menghalangi beda potensial terhadap elektrodalainnya yang akan sangat berbeda bila
masih bersih dari oksida.
III.
Alat dan Bahan
Alat :
- Gelas piala 250 mL
- Cawan petri
- Paku beton ukuran sama besar
- Stopwatch
Bahan:
- Larutan NaCl 0,5 M
- Agar-agar berwarna putih
- Fenolftalein
- K3(Fe(CN)6) 0,5 M
- NaOH 0,5 M
- HCl 0,5 M
- Alumunium
· Aquadest
IV. Cara Kerja
V.
Hasil Pengamatan
Tabel Perlakuan Terhadap Paku
Beton Berukuran Sama
Waktu
|
Agar-agar
(kontrol)
|
Kontrol +Fenolftalein
(PP)
|
Kontrol +
K3(Fe(CN)6)
0,5 M
|
Kontrol+
NaCl 0,5M
|
Kontrol +
NaOH 0,5 M
|
Kontrol + HCl
0,5 M
|
30 menit
|
§ Paku belum korosi
§ Warna agar-agar tetap sama
dan telah mengeras
|
§ Paku belum korosi
§
Beberapa bagian
agar-agar berubah berwarna pink dan
telah mengeras
|
§ Paku sedikit korosi
§ Beberapa bagian agar-agar
berubah berwarna biru kehijauan dan
telah mengeras
|
§ Paku belum korosi
§ Warna agar-agar tetap sama
dan telah mengeras
|
§ Paku belum korosi
§ Warna agar-agar tetap sama
dan belum mengeras
|
§ Paku sangat sedikit korosi
§ Warna agar-agar tetap sama
dan telah mengeras
|
1 jam
|
§ Paku belum korosi
§ Warna agar-agar tetap sama
dan telah mengeras
|
§ Paku belum korosi
§
Beberapa bagian
agar-agar berubah berwarna pink dan
telah mengeras
|
§ Permukaan paku sudah korosi
§
Agar-agar berubah
berwarna biru kehijauan dan telah
mengeras
|
§ Paku belum korosi
§ Warna agar-agar tetap sama
dan telah mengeras
|
§ Paku belum korosi
§ Warna agar-agar tetap sama
dan belum mengeras
|
§ Permukaan paku sedikit
korosi
§ Warna agar-agar tetap sama
dan telah mengeras
|
2 jam
|
§ Paku belum korosi
§ Warna agar-agar tetap sama
dan telah mengeras
|
§ Paku sangat sedikit korosi
§
Beberapa bagian
agar-agar berubah berwarna pink dan
telah mengeras
|
§ Paku sudah korosi seluruhnya
§
Agar-agar berubah
berwarna biru kehijauan dan telah
mengeras
|
§ Paku sedikit korosi
§ Warna agar-agar tetap sama
dan telah mengeras
|
§ Paku sedikit korosi
§ Warna agar-agar tetap sama
dan telah mengeras
|
§ Paku sudah korosi sebagian
§ Warna agar-agar tetap sama
dan telah mengeras
|
24 jam
|
§ Paku sangat sedikit korosi
§ Warna agar-agar tetap sama
dan telah mengeras
|
§ Paku sedikit korosi
§
Beberapa bagian
agar-agar berubah warna putih dan
telah mengeras
|
§ Paku sangat korosi
seluruhnya
§
Agar-agar berubah
berwarna biru kehijauan dan telah
mengeras
|
§ Paku sudah korosi
§ Warna agar-agar tetap sama
dan telah mengeras
|
§ Paku korosi sebagian
§ Warna agar-agar tetap sama
dan telah mengeras
|
§ Paku sudah korosi seluruhnya
§ Warna agar-agar tetap sama
dan telah mengeras
|
Urutan
terjadinya tingkat korosi pada paku beton dengan berbagai perlakuan :
Kontrol+K3(Fe(CN)6)>Kontrol+HCl>Kontrol+NaCl>Kontrol+NaOH>Kontrol+PP>Kontrol
VI.
Pembahasan
Pada praktikum kali ini,
praktikan melakukan proses korosi besi dengan menggunakan paku beton dengan
ukuran sama besar yang diberikan berbagai perlakuan dengan tujuan mengamati
perubahan atau perkaratan besi serta mengamati proses oksidasi dan reduksi yang
terjadi pada besi. Perlakuan yang diberikan terhadap paku beton ini diantaranya
dicelupkan kedalam agar-agar sebagai kontrol, dicelupkan kedalam Fenolftalein,
NaOH 0,5, NaCl 0,5 M, K3(Fe(CN)6) 0,5 M, dan HCl 0,5 M dengan
pengamatan selama 30 menit, 1jam, 2 jam, dan 24 jam.
Terlebih dahulu, dipanaskan
210 mL aquadest
dalam gelas piala 250 mL sampai mendidih. Lalu
ditambahkan satu
bungkus agar-agar
putih ke dalamnya sambil diaduk hingga larut. Hal ini dikarenakan agar-agar
tidak larut dalam air dingin. Agar-agar yang
digunakan pada percobaan ini berfungsi sebagai medium indikator, selain itu
juga digunakan untuk mengetahui tempat-tempat reaksi anoda dan katoda terjadi.
Setelah mendidih dituangkan agar-agar
tersebut kedalam cawan petri yang telah diisi paku beton ukuran sama besar
sebanyak 35 mL dimasing-masing cawan petri sampai paku tercelup seluruh
permukaannya dengan 3,6 mL Fenolftalein, NaOH 0,5, NaCl 0,5 M, K3(Fe(CN)6)
0,5 M, dan HCl 0,5 dimasing-masing cawan petri. Pada cawan pertama yang berisi agar-agar digunakan
sebagai kontrol dalam percobaan ini. Cawan kedua berisi kontrol yang
ditambahkan fenolftalein. Cawan ketiga berisi kontrol yang ditambahkan K3(Fe(CN)6). Cawan keempat berisi kontrol yang ditambahkan NaCl. Cawan kelima berisi
kontrol yang ditambahkan NaOH. Cawan keenam
berisi kontrol yang ditambahkan HCl.
Dalam kurun waktu pengamatan selama 30 menit, 1jam, 2 jam dan 24 jam pada cawan pertama yang hanya berisi agar-agar reaksi
pengaratan besi berlangsung sangat lama. Korosi yang terjadi sangat
sedikit dan warna agar-agar tetap sama dan telah mengeras. Pada cawan
kedua yang berisi Kontrol +Fenolftalein (PP) paku sedikit korosi. Beberapa bagian agar-agar berubah warna merah
muda. Warna merah muda pada agar-agar disebabkan adanya PP (fenolftalein) pada
adonan agar-agar. Warna ini merupakan suatu indikator yang menunjukkan
tempat terjadinya reaksi reduksi
dari H2O. H2O tereduksi
menghasilkan ion OH- yang dapat berinteraksi dengan penofthalein
membentuk warna merah muda. Warna merah tersebut menunjukkan
terjadinya reduksi pada karat dan menyebabkan sedikit
terjadinya korosi. Pada cawan ketiga yang berisi Kontrol + K3(Fe(CN)6)
0,5 M mengalami korosi tercepat dibanding cawan
yang lain. Pada agar-agar terbentuk warna biru kehijauan yang dominan dibagian
diseluruh permukaan paku. Warna biru ini merupakan kompleks berwarna dari
reaksi besi dengan [Fe(CN)6]4+. Reaksi ini menandakan
bahwa diseluruh permukaan paku terjadi reaksi oksidasi dari Fe menjadi Fe3+.
Ion Fe3+ membentuk kompleks pewarnaan biru prusia saat bereaksi
dengan [Fe(CN)6]4+. Pada cawan keempat yang kontrol +
NaCl. NaCl merupakan larutan
elektrolit. Kontak dengan elektrolit dapat mempercepat korosi karena elektrolit
memberikan pengaruh, seperti jembatan garam sehingga mobilitas elektron akan
makin tinggi dan korosi akan berjalan lebih cepat. Pengaratan
yang terbentuk disekitar
paku berwarna kuning muda. Warna kuning muda ini menandakan bahwa besi yang
terkandung dalam paku dioksidasi menjadi Fe3+. Dalam larutan, ion Fe3+ berwarna kuning muda. Pada cawan
kelima berisi kontrol + NaOH mengalami korosi yang sedikit dan hanya terjadi di sebagian
permukaan paku saja. Hal ini karena potensial korosi dalam suasana asam lebih
besar dari suasana basa.
Pada saat pengamatan dalam selang
waktu 30 menit hingga 2 jam agar-agar yg berisi NaOH paling lama mengalami
pengerasan. Hal ini dikarenakan konsentrasi NaOH yang digunakan tinggi yaitu
15%.
Pada cawan keenam yang berisi kontrol+HCl paku sudah mengalami korosi seluruhnya.
Hal ini karena potensial korosi dalam suasana asam lebih besar dari suasana
basa sehingga reaksi korosi akan lebih cepat berlangsung dalam lingkungan asam.
Selain itu, pada reaksi suasana asam diperoleh hasil karat besi dan ion H+
yang mempercepat korosi selanjutnya.
VII.
Kesimpulan
·
Urutan terjadinya tingkat korosi pada paku beton dengan berbagai perlakuan
:
Kontrol+K3(Fe(CN)6)
> Kontrol+HCl > Kontrol+NaCl > Kontrol+NaOH > Kontrol+PP >
Kontrol.
·
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya korosi diantaranya : tingkat
keasaman, kontak dengan elektrolit, keadaan logam besi itu sendiri, keaktifan
logam, dan kontak dengan logam lain.
·
Fungsi NaCl berfungsi sebagai
jembatan garam.
VIII.
Daftar Pustaka
Chalid,Sri Yadial.2007.Penuntun Praktikum Kimia Anorganik.Jakarta : Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Svehla, G.,
1990, Buku Teks Analisis Anorganik
Kualitatif Makro dan Semimikro.
Jakarta : PT.
Kalman Media Pustaka .
Trethewey, K. R., dan Camberlain, J., 1991, Korosi. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
http://www.chem-is-try.org
diakses pada 23 Oktober 2011 pukul 21.20 WIB.
http://www.scribd.com
diakses pada 23 Oktober 2011 pukul 22.00 WIB.
IX.
Lampiran
PERTANYAAN
1. Apa tanda-tanda telah terjadi
proses redoks pada percobaan ini?
2. Tuliskan reaksi redoks yang
terjadi!
3. Sebutkan reagen-reagen apa saja
yang dapat meleburkan logam Fe?
4. Senyawa apa saja yang terdapat pada
besi komersial?
Jawaban
1.
Besi berubah menjadi
besi (III) oksida yaitu merupakan karat besi
2.
Fe(s) → Fe2+(aq) +
2e (x2)
O2(g) + 4H+(aq) +
4e → 2H2O(l)
4 Fe2+(aq)+ O2 (g) + (4 + 2x) H2O(l)
→ 2 Fe2O3x H2O + 8 H+(aq)
3.
Reagen yang dapat
meleburkan logam Fe adalah K3Fe(CN)6, HCl dan NaCl
4.
Besi komersial
merupakan campuran besi dan karbon. tambahan unsur Karbon ( C ) sampai dengan
1.67% (maksimal). Dimana kandungan karbon ( C ) mempengaruhi kekerasan
baja, Disamping itu, baja mengandung unsure campuran lain yang disebut paduan,
misalnya Mangan ( Mn ), Tembaga (Cu), Silikon ( Si ), Belerang ( S ), dan Posfor
( P )
Data Gambar
1.
Paku yang ditempatkan pada K3Fe(CN)6
|
|
|
|
2.
Paku yang ditempatkan pada HCl
|
|
|
|
3.
Paku yang ditempatkan pada NaCl
|
|
|
|
4.
Paku yang ditempatkan pada NaOH
|
|
|
|
5.
Paku yang ditempatkan pada pp (phenolphthalein)
|
|
|
|
6.
Paku yang ditempatkan pada control
|
|
|
|
No comments:
Post a Comment