Cerpen ngabuburit ini adalah sebuah cerpen
berisi kisah nyata dari sang penulis untuk menjaga privacynya maka nama tokoh dan nama sekolah diganti demi keamanan dan kenyaman penulis dan tokoh-tokoh yang berada dalam cerita. tapi untuk kejadian dan dialog antar tokoh dan tempat kejadian benar-benar nyata. hehehe :D
“NGABUBURIT”
“Kring… kring… kring…” Bel SMA Harapan Bangsa berbunyi tanda usai belajar. Dan hari ini adalah hari terakhir siswa SMA Harapan Bangsa belajar karena besoknya mereka akan liburan untuk menyambut hari raya Idul Fitri. Disalah satu sudut sekolah terdapat lima sahabat sedang berkumpul. Meraka adalah Nando, Edo, Arya, Santo, dan Rico. Mereka sedang merencanakan untuk ngabuburit dan buka puasa bareng.
“Woy sahabat, ngabuburit bareng yo nanti sore !’ seru Edo kepada empat sahabatnya yang lain.
“Wah boleh juga tuh, sekalian saja kita buka puasa bareng.” Jawab Nando.
“Oiya, kitakan bulan puasa ini belum pernah ngabuburit sama buka puasa bareng.” Sahut Rico.
“Gue sih terserah saja.” Timpal Arya.
“Yasudah, nanti kita buka puasa bareng, tapi kemana yang enak ya?” Tanya Santo.
“Bagaimana kalau kita ke Pejaten Village?” Edo menyarankan.
“Ah lo Do, kayaknya lo kalau ngajak main ke Pejaten Village mulu.” Sahut Nando penasaran.
“Ya, dia kan baru pertama kali kesana, makanya pengen lagi. Hahaha.” Ejek Arya sambil tertawa terbahak-bahak.
“Ya, norak banget sih lo Do sama Pejaten Village!” tambah Rico.
“Gue saja yang belum pernah kesana biasa saja. Hahaha.” Sahut Santo sambil tertawa.
“Ya, lo mah ketahuan norak, nggak pernah kemana-mana To. Hahaha. Piece To.” Ejek Arya lagi.
“Habis tempatnya enak sih sahabat, buat ngumpul-ngumpul. Apalagi cewek-cewek disana seger-seger. Kan bisa sekalian cuci mata.” Jawab Edo membela diri.
“Ah, pikiran lo cewek mulu Do, inget bulan puasa!” ujar Rico.
“Iya, pikirannya cewek mulu, tapi disuruh nembak cewek nggak berani. Hahaha. Yasudah, nanti jadinya kita ngabuburit sama buka bareng di Pejaten Village ya?” Ejek Nando ke Edo sambil bertanya kepastian kepada sahabat-sahabatnya.
“Ok, nanti jam tiga sore kita beragkat, ngumpul didapan sekolah!” Arya memastikan.
Setelah mendapatkan kepastian, mereka pun pulang kerumah masing-masing untuk beristirahat dulu setelah setengah hari disekolah. Dan siang itu kebetulan cuaca sangat panas sekali. Tapi beda dengan Arya, dia malah jalan-jalan dengan pacarnya, sekaligus mengantar pacarnya pulang. Kebetulan Arya seorang non-muslim, oleh karena itu dia tidak masalah kalau harus berpanas-panasan seperti ini. Karena kalau dia merasa haus, dia bisa langsung minum, karena dia tidak berpuasa. Berbeda dengan keempat sahabatnya yang lain. Nando memilih untuk tidur siang sekaligus untuk mempersiapkan dirinya agar waktu nanti ngabuburit tubuhnya lebih segar. Kalau Edo saat sampai dirumah, dia langsung bersms-an dengan teman spesialnya, tapi bukan pacarnya. Sekaligus untuk menghilangkan rasa penat setelah tadi sekolah. Sedangkan Rico lebih memilih untuk main game online dikomputernya, kebetilan Rico memang seorang meniak game. Kalau Santo lebih memilih tidur sama seperti Nando. Karena dengan tidur siang dapat memulihkan tubuhnya yang mudah lemas.
Jam pun sudah menunjukkan pukul 14.00 Nando pun langsung bangun dari tidur siangnya dan bergegas mandi. “Wah, gawat! Sudah jam dua gue belum siap-siap, gue mandi dulu ah.” Nando memang yang paling getol diantara sahabat-sahabatnya yang lain. Ditempat lain, Edo masih bersms-an dengan teman spesialnya itu. Dan pada saat jam menunjukkan pukul 14.15 Edo mengirimkan sms yang terakhir, yang berisi “udah dulu ya sms-annya mau siap-siap ngabuburit bareng teman-teman nih.” Berbeda dengan Rico, dia masih asik denga gamenya. Saat jam sudah menunjukkan pukul 14.30 dia pu langsung mematikan komputernya. “wow, sudah jam setengah tiga, gawat gue belum siap-siap. Siap-siap dulu ah!” sedangkan Arya jam setengah tiga sudah sampai disekolah. Karena setelah mengantarkan pacarnya dia langsung pulang untik berganti pakaian dan langsung berangkat lagi tanpa istirahat dulu. Tapi berbeda dengan Santo jam menunjukkan pukul 14.45 dia belum bangun. Dan setelah jam menunjkkan pukul 15.00 dia pun bangun sambil berteriak “waduh gawat, udah jam tiga gue baru bangun. Aduh, gue dtinggal deh sama anak-anak. Aduh gawat!” Santo pun langsung mandi buru-buru, dan langsung berangkat kesekolah. Sedangkan disekolah, Nando, Edo, Arya dan Rico sudah berumpul.
“Do, Santo mana? Lama banget sih.” Tanya Arya.
“Mana gue tahu, masih dijalan kali. Tunggu sebantar lagi.” Jawab Arya.
“Yasudah, gue sms dulu deh si Santo.” Ujar Nando. Nandp pun langsung mengetik sms “T-o (spasi) d-i-m-a-n-a (spasi) l-o-?”
“Sudah lo kirim Nan?” Tanya Rico.
“Sudah nih, baru gue kirim.” Jawab Nando.
Beberapa menit kemudian HP Nando pun berbunyi. “toreng… toreng…”
“Nih sms dari Santo.” Nando memberi tahu.
“Apa isinya?” Tanya Arya penasaran.
“Iya sebentar, gue buka dulu.” Jawab Nando. “Sorry boy, gue baru bangun. Tapi sekarang gue sudah di jalan.” Nando membaca sms dari Santo.
“Wah parah banget baru bangun. Emang dasar kebo tuh Santo. Sudah tahu mau pergi malah tidur dulu.” Arya kesal.
“sudah sabar Ya, mungkin dia tadi kelelahan kali makanya dia ketiduran.” Edo menenangkan Arya.
“Iya, katanya sahabat, masa gara-gara masalah kayak gini aja berantem.” Tambah Rico.
“Yasudah, tunggu sebentar nanti Santo juga dateng.” Ujar Nando.
Beberapa menit kemudian saat jam menunjukan pukul 15.20 Santo pun datang, dan dia berkata dengan muka memelas “sorry boy gue telat.”
“Yasudah nggak apa-apa. Ayo kita berangkat. Nanti kita kejebak macet sekarangkan jamnya orang-orang puang kantor.” Ajak Edo.
Mereka pun langsung bergegas menyalakan sepeda motornya dan berangkat menuju Pejaten Village. Walaupun disepeda motor, mereka masih saja saling bercanda. Tapi tanpa melanggar peraturan lalu-lintas. Dan bahan bercandaan mereka berbeda dengan bahan bercandaan anak-anak lain yang seumuran dengannya. Walaupun sudah kelas 12 SMA, tapi bahan bercandaan mereka sama seperti anak-anak SMP bahkan seperti anak SD yang berisi tentang guyonan-guyonan lucu dari film-film komedi di TV.
Dan mereka pun kalau saling bercanda dan ada yang diejek, tapi salah satu yang diejek itu tidak marah, dam menganggap itu hanyalah bercandaan saja dan untuk memperkuat kekompakkan persahabatan mereka.
Ya, betul sekali pikiran Edo, keadaan jalan pada saat itu macet sekali, karena jam-jam segini jamnya orang-orang pulang kantor. Baru setengah perjalanan tiba-tiba Edo teriak “hei sahabat, tunggu sebentar. Ban gue bocor nih.”
“Wah gawat, yasudah kita cari tempat tambal ban.” Sahut Nando.
“ Woy, itu ada tukang tambal ban.” Ujar Rico sambil menunjuk tempat tambal ban.
“Yasudah, gue tambal dulu ya.” Jawab Edo sambil menuntun sepeda motornya.
Nando, Arya, Rico dan Santo menunggui Edo menambal ban sepeda motornya. Sambil menunggu mereka saling bercanda-canda lagi. Kegiatan mereka memang selalu bercanda dimanapun mereka berada. Disetap ada waktu luang mereka selalu bercanda. Itulah kebiasaan mereka. Setelah beberapa menit kemudian sepeda motornya Edo sudah selesai diperbaiki.
“Mas, sudah selesai nih motornya.” Kata si abang tambal ban.
“Oh, sudah ya bang. Ini bang uangnya, terimakasih ya bang.” Jawab Edo sambil memberikan uang ke abangnya.
“Ayo, sekarang kita berangkat lagi. Sudah jam setengah lima nih.” Sahut Arya.
Mereka pun kembali melanjutkan perjalan mereka ke Pejaten Village. Didalam perjalanan itu mereka tetap saja saling bercanda. Tapi, tanpa melanggar peraturan lalu-lintas. Setalah beberapa menit kemudian, mereka pun sampai di Pejaten Village. Mereka pun langsung memarkirkan sepeda motor mereka, setalah sepeda motor mereka terparkir dengan baik, mereka pun langsung masuk kedalam untuk melihat-lihat. Karena saai itu jam baru menunjukkan pukul 17.00 jadi mereka tidak langsung menuju food court untuk mencari tempat untuk berbuka puasa. Mereka memilih untuk cuci mata didalam. Pada saat mereka sik melihat-lihat Edo mulai beraksi.
“Woy ada cewek tuh, kenalan yo!” seru Edo.
“Ayo, siapa takut!” ujar Arya
“Ah, lo berdua cewek mulu dipikiran lo” Sahut Santo.
“Yasudah sih, gue ini sama Arya yang mau, kalau lo nggak mau ya nggak usah.” Edo menyahuti Santo.
Edo dan Arya pun lansung mendekati segerombolan cewek-cewek itu, dan pas sekali jumlah cewek-cewek itu lima orang sama seperti jumlah mereka.
“Hai cewek, kenalan dong?” Arya merayu cewek-cewek itu.
Rayuan Arya ternyata tidak manjur. Cewek-cewek itu tidak menggubris Arya dan Edo, mereka malah ditanggalkan begitu saja.
“Hahaha, kasian deh lo dikacangin!” ejek Nando,
“Rasain lo, makanya nggak usah gaya-gayaan deh lo!” tambah Rico.
“Ah, suek lo semua!” Edo kesal.
“Yasudah, sudah jam setengah enam nih, kita belum cari tempat buat buka puasa. Ayo cari tempat nanti keburu ramai!” ajak Santo.
Mereka pun langsung menuju food court, dan betul sekali tebakkan Santo ternyata disana sudah ramai. Mereka pun keliling mencari tempat dan akhirnya ada beberapa tempat yang masih kosong, dan mereka memilih masakan bali. Mereka pun langsung menuju meja kosong dengan nomor 15. Setelah mereka semua duduk, Rico lalu bertanya “pada mau makan apa nih?"
“Sudah samain saja.” Jawab Edo.
“Bagaimana kalau nasi goreng bali?” Nando menyarankan.
“Wah, boleh juga tuh.” Sahut Santo.
“Cepat panggil pelayannya, Co!” ujar Arya.
Rico pun lansung memanggil pelayannya. “Mbak… mbak… pesan dong!”
“Ya, pesan apa mas?” Tanya mbak-mbak pelayan.
“Nasi goreng balinya lima ya mbak.” Jawab Rico.
“Nasi goreng lima, minumnya apa mas?” Tanya pelayan lagi.
“Woy, minumnya apa boy?” Tanyab Rico ke sahabat-sahabatnya.
“Emmh, es teh manis aja Co.” jawab Santo.
“Minumnya es teh manis lima mbak.” Ujar Rico menjawab pertanyaan dari mbak-mbak pelayan.
“Ok, nasi goreng lima dan es teh manisnya lima. Tunggu sebentar ya mas.” Kata mbak-mbak pelayan.
Selagi mereka menunggu makanan datang, mereka mengobrol-ngobrol diselingi dengan candaan khas mereka. Tidak terasa waktu menunjukkan pukul 17.54. saatnya buka puasa. Dan kebetulan mbak-mbak pelayan tadi sudah datang membawa pesanan mereka.
“Ini mas pesanannya.” Kata si mbak pelayan.
“Oh, iya mbak. Terima kasih ya mbak.” Sahut Rico.
“Ayo boy, kita buka puasa!” ujar Nando.
“Baca Allahumalakasumtu dulu lah!” ujar Santo lagi.
“Oiya, hampir lupa.” Sahut Edo.
Mereka berempat pun langsung membaca do’a berbuka puasa. Kecuali Arya, karena dia non-muslim. Setelah mereka selesai membaca do’a berbuka puasa, Arya berceloteh “Ayo boy kita makan, sudah lapar nih!” mereka pun lansung menyantap makanan mereka sambil ngobrol-ngobrol dan tetap diselingi dengan bercanda. Ya, walaupun sebenarnya makan sambil ngobrol dan bercanda itu tidak baik. Tapi, itu sudah menjadi kebiasaan mereka.
Setelah selesai makan mereka lansung menuju kasir untuk membayar. Setelah dari kasir mereka langsun menuju Musholla untuk solat Maghrib. Setelah usai solat tiba-tiba Edo berteriak kepanikan “woy gawat, kunci motor gue nggak ada!”
“Ah, yang bener lo Do?” Tanya Nando.
“Iya bener, nggak ada nih!” Jawab Edo memastikan.
“Coba cari dulu dikantong lo.” Ujar Arya.
“Jangan-jangan ketinggalan dimotor kali, tadi belom lo cabut.” Sahut Santo.
“Yasudah, ayo cepat kita keparkiran!” ajak Edo.
Mereka pun langsung menuju parkiran untuk mencari kunci motornya Edo. Sesampainya disana ternyata kunci motornya tidak ada, dan memang sudah tercabut. Mereka pun panik kebingungan. Apalagi si Edo yang mukanya sudah merah seperti tomat. Pada saat mereka sedang kebingungan mencari kunci, tiba-tiba petugas parkir disana datang dan bertanya “nyari kunci motor ya mas?”
“Iya mas, kunci motor saya hilang.” Jawab Edo.
“Ini bukan kuncinya?” Tanya petugas parkir lagi.
“Iya betul mas, itu kunci motor saya. Terima kasih ya mas.” Jawab Edo kegirangan.
“Ini mas kuncinya, lain kali jangan ditinggal lagi ya mas!” Kata petugas parkir menasehati.
Setelah mendapatkan kunci motornya Edo pun loncat-loncat kegirangan.
“Alhamdulillah, akhirnya ketemu juga kuncinya. Makanya jadi orang jangan ceroboh.” Sahut Nando.
“Tau lo Do, tadi ban lo bocor sekarang kunci lo hilang, untung nggak hilang beneran.” Ujar Arya.
“Ya sorry boy, namanya juga orang lupa kan nggak inget.” Jawab Edo membela diri.
“Yaiyalah lupa nggak inget, kalau inget mah nggak lupa.” Ujar Santo.
“Yasudah, sekarang kan kuncinya sudah ketemu. Kita mau masuk lagi apa mau lansung pulang, mumpung sudah diparkiran?” Tanya Rico.
“Kita langsung pulang aja boy sudah jam setengah delapan nih, nanti kemaleman lagi sampai dirumahnya.” Jawab Nando.
“Yasudah, kita langsung pulang saja.” Sahut Edo.
Setelah mereka setuju untuk pulang, mereka pun langsung menyalakan sepeda motornya untuk bersiap-siap pulang. Setelah itu mereka pun langsung tancap gas menuju rumah. Tapi, dalam perjalanan pulang mereka tidak bercanda-canda lagi, karena mereka sudah merasa lelah setelah tadi bercanda terus. Setelah sampai didekat rumah mereka masing-masing, emrekapun berhenti sebentar untuk mengucapkan salam perpisahan dan slogan mereka yang berbunyi “Uyeah… uyeah… prikitiw…” itulah bunyi slogan mereka. Setelah itu mereka pun langsung pulang menuju rumah masing-masing.
“Kring… kring… kring…” Bel SMA Harapan Bangsa berbunyi tanda usai belajar. Dan hari ini adalah hari terakhir siswa SMA Harapan Bangsa belajar karena besoknya mereka akan liburan untuk menyambut hari raya Idul Fitri. Disalah satu sudut sekolah terdapat lima sahabat sedang berkumpul. Meraka adalah Nando, Edo, Arya, Santo, dan Rico. Mereka sedang merencanakan untuk ngabuburit dan buka puasa bareng.
“Woy sahabat, ngabuburit bareng yo nanti sore !’ seru Edo kepada empat sahabatnya yang lain.
“Wah boleh juga tuh, sekalian saja kita buka puasa bareng.” Jawab Nando.
“Oiya, kitakan bulan puasa ini belum pernah ngabuburit sama buka puasa bareng.” Sahut Rico.
“Gue sih terserah saja.” Timpal Arya.
“Yasudah, nanti kita buka puasa bareng, tapi kemana yang enak ya?” Tanya Santo.
“Bagaimana kalau kita ke Pejaten Village?” Edo menyarankan.
“Ah lo Do, kayaknya lo kalau ngajak main ke Pejaten Village mulu.” Sahut Nando penasaran.
“Ya, dia kan baru pertama kali kesana, makanya pengen lagi. Hahaha.” Ejek Arya sambil tertawa terbahak-bahak.
“Ya, norak banget sih lo Do sama Pejaten Village!” tambah Rico.
“Gue saja yang belum pernah kesana biasa saja. Hahaha.” Sahut Santo sambil tertawa.
“Ya, lo mah ketahuan norak, nggak pernah kemana-mana To. Hahaha. Piece To.” Ejek Arya lagi.
“Habis tempatnya enak sih sahabat, buat ngumpul-ngumpul. Apalagi cewek-cewek disana seger-seger. Kan bisa sekalian cuci mata.” Jawab Edo membela diri.
“Ah, pikiran lo cewek mulu Do, inget bulan puasa!” ujar Rico.
“Iya, pikirannya cewek mulu, tapi disuruh nembak cewek nggak berani. Hahaha. Yasudah, nanti jadinya kita ngabuburit sama buka bareng di Pejaten Village ya?” Ejek Nando ke Edo sambil bertanya kepastian kepada sahabat-sahabatnya.
“Ok, nanti jam tiga sore kita beragkat, ngumpul didapan sekolah!” Arya memastikan.
Setelah mendapatkan kepastian, mereka pun pulang kerumah masing-masing untuk beristirahat dulu setelah setengah hari disekolah. Dan siang itu kebetulan cuaca sangat panas sekali. Tapi beda dengan Arya, dia malah jalan-jalan dengan pacarnya, sekaligus mengantar pacarnya pulang. Kebetulan Arya seorang non-muslim, oleh karena itu dia tidak masalah kalau harus berpanas-panasan seperti ini. Karena kalau dia merasa haus, dia bisa langsung minum, karena dia tidak berpuasa. Berbeda dengan keempat sahabatnya yang lain. Nando memilih untuk tidur siang sekaligus untuk mempersiapkan dirinya agar waktu nanti ngabuburit tubuhnya lebih segar. Kalau Edo saat sampai dirumah, dia langsung bersms-an dengan teman spesialnya, tapi bukan pacarnya. Sekaligus untuk menghilangkan rasa penat setelah tadi sekolah. Sedangkan Rico lebih memilih untuk main game online dikomputernya, kebetilan Rico memang seorang meniak game. Kalau Santo lebih memilih tidur sama seperti Nando. Karena dengan tidur siang dapat memulihkan tubuhnya yang mudah lemas.
Jam pun sudah menunjukkan pukul 14.00 Nando pun langsung bangun dari tidur siangnya dan bergegas mandi. “Wah, gawat! Sudah jam dua gue belum siap-siap, gue mandi dulu ah.” Nando memang yang paling getol diantara sahabat-sahabatnya yang lain. Ditempat lain, Edo masih bersms-an dengan teman spesialnya itu. Dan pada saat jam menunjukkan pukul 14.15 Edo mengirimkan sms yang terakhir, yang berisi “udah dulu ya sms-annya mau siap-siap ngabuburit bareng teman-teman nih.” Berbeda dengan Rico, dia masih asik denga gamenya. Saat jam sudah menunjukkan pukul 14.30 dia pu langsung mematikan komputernya. “wow, sudah jam setengah tiga, gawat gue belum siap-siap. Siap-siap dulu ah!” sedangkan Arya jam setengah tiga sudah sampai disekolah. Karena setelah mengantarkan pacarnya dia langsung pulang untik berganti pakaian dan langsung berangkat lagi tanpa istirahat dulu. Tapi berbeda dengan Santo jam menunjukkan pukul 14.45 dia belum bangun. Dan setelah jam menunjkkan pukul 15.00 dia pun bangun sambil berteriak “waduh gawat, udah jam tiga gue baru bangun. Aduh, gue dtinggal deh sama anak-anak. Aduh gawat!” Santo pun langsung mandi buru-buru, dan langsung berangkat kesekolah. Sedangkan disekolah, Nando, Edo, Arya dan Rico sudah berumpul.
“Do, Santo mana? Lama banget sih.” Tanya Arya.
“Mana gue tahu, masih dijalan kali. Tunggu sebantar lagi.” Jawab Arya.
“Yasudah, gue sms dulu deh si Santo.” Ujar Nando. Nandp pun langsung mengetik sms “T-o (spasi) d-i-m-a-n-a (spasi) l-o-?”
“Sudah lo kirim Nan?” Tanya Rico.
“Sudah nih, baru gue kirim.” Jawab Nando.
Beberapa menit kemudian HP Nando pun berbunyi. “toreng… toreng…”
“Nih sms dari Santo.” Nando memberi tahu.
“Apa isinya?” Tanya Arya penasaran.
“Iya sebentar, gue buka dulu.” Jawab Nando. “Sorry boy, gue baru bangun. Tapi sekarang gue sudah di jalan.” Nando membaca sms dari Santo.
“Wah parah banget baru bangun. Emang dasar kebo tuh Santo. Sudah tahu mau pergi malah tidur dulu.” Arya kesal.
“sudah sabar Ya, mungkin dia tadi kelelahan kali makanya dia ketiduran.” Edo menenangkan Arya.
“Iya, katanya sahabat, masa gara-gara masalah kayak gini aja berantem.” Tambah Rico.
“Yasudah, tunggu sebentar nanti Santo juga dateng.” Ujar Nando.
Beberapa menit kemudian saat jam menunjukan pukul 15.20 Santo pun datang, dan dia berkata dengan muka memelas “sorry boy gue telat.”
“Yasudah nggak apa-apa. Ayo kita berangkat. Nanti kita kejebak macet sekarangkan jamnya orang-orang puang kantor.” Ajak Edo.
Mereka pun langsung bergegas menyalakan sepeda motornya dan berangkat menuju Pejaten Village. Walaupun disepeda motor, mereka masih saja saling bercanda. Tapi tanpa melanggar peraturan lalu-lintas. Dan bahan bercandaan mereka berbeda dengan bahan bercandaan anak-anak lain yang seumuran dengannya. Walaupun sudah kelas 12 SMA, tapi bahan bercandaan mereka sama seperti anak-anak SMP bahkan seperti anak SD yang berisi tentang guyonan-guyonan lucu dari film-film komedi di TV.
Dan mereka pun kalau saling bercanda dan ada yang diejek, tapi salah satu yang diejek itu tidak marah, dam menganggap itu hanyalah bercandaan saja dan untuk memperkuat kekompakkan persahabatan mereka.
Ya, betul sekali pikiran Edo, keadaan jalan pada saat itu macet sekali, karena jam-jam segini jamnya orang-orang pulang kantor. Baru setengah perjalanan tiba-tiba Edo teriak “hei sahabat, tunggu sebentar. Ban gue bocor nih.”
“Wah gawat, yasudah kita cari tempat tambal ban.” Sahut Nando.
“ Woy, itu ada tukang tambal ban.” Ujar Rico sambil menunjuk tempat tambal ban.
“Yasudah, gue tambal dulu ya.” Jawab Edo sambil menuntun sepeda motornya.
Nando, Arya, Rico dan Santo menunggui Edo menambal ban sepeda motornya. Sambil menunggu mereka saling bercanda-canda lagi. Kegiatan mereka memang selalu bercanda dimanapun mereka berada. Disetap ada waktu luang mereka selalu bercanda. Itulah kebiasaan mereka. Setelah beberapa menit kemudian sepeda motornya Edo sudah selesai diperbaiki.
“Mas, sudah selesai nih motornya.” Kata si abang tambal ban.
“Oh, sudah ya bang. Ini bang uangnya, terimakasih ya bang.” Jawab Edo sambil memberikan uang ke abangnya.
“Ayo, sekarang kita berangkat lagi. Sudah jam setengah lima nih.” Sahut Arya.
Mereka pun kembali melanjutkan perjalan mereka ke Pejaten Village. Didalam perjalanan itu mereka tetap saja saling bercanda. Tapi, tanpa melanggar peraturan lalu-lintas. Setalah beberapa menit kemudian, mereka pun sampai di Pejaten Village. Mereka pun langsung memarkirkan sepeda motor mereka, setalah sepeda motor mereka terparkir dengan baik, mereka pun langsung masuk kedalam untuk melihat-lihat. Karena saai itu jam baru menunjukkan pukul 17.00 jadi mereka tidak langsung menuju food court untuk mencari tempat untuk berbuka puasa. Mereka memilih untuk cuci mata didalam. Pada saat mereka sik melihat-lihat Edo mulai beraksi.
“Woy ada cewek tuh, kenalan yo!” seru Edo.
“Ayo, siapa takut!” ujar Arya
“Ah, lo berdua cewek mulu dipikiran lo” Sahut Santo.
“Yasudah sih, gue ini sama Arya yang mau, kalau lo nggak mau ya nggak usah.” Edo menyahuti Santo.
Edo dan Arya pun lansung mendekati segerombolan cewek-cewek itu, dan pas sekali jumlah cewek-cewek itu lima orang sama seperti jumlah mereka.
“Hai cewek, kenalan dong?” Arya merayu cewek-cewek itu.
Rayuan Arya ternyata tidak manjur. Cewek-cewek itu tidak menggubris Arya dan Edo, mereka malah ditanggalkan begitu saja.
“Hahaha, kasian deh lo dikacangin!” ejek Nando,
“Rasain lo, makanya nggak usah gaya-gayaan deh lo!” tambah Rico.
“Ah, suek lo semua!” Edo kesal.
“Yasudah, sudah jam setengah enam nih, kita belum cari tempat buat buka puasa. Ayo cari tempat nanti keburu ramai!” ajak Santo.
Mereka pun langsung menuju food court, dan betul sekali tebakkan Santo ternyata disana sudah ramai. Mereka pun keliling mencari tempat dan akhirnya ada beberapa tempat yang masih kosong, dan mereka memilih masakan bali. Mereka pun langsung menuju meja kosong dengan nomor 15. Setelah mereka semua duduk, Rico lalu bertanya “pada mau makan apa nih?"
“Sudah samain saja.” Jawab Edo.
“Bagaimana kalau nasi goreng bali?” Nando menyarankan.
“Wah, boleh juga tuh.” Sahut Santo.
“Cepat panggil pelayannya, Co!” ujar Arya.
Rico pun lansung memanggil pelayannya. “Mbak… mbak… pesan dong!”
“Ya, pesan apa mas?” Tanya mbak-mbak pelayan.
“Nasi goreng balinya lima ya mbak.” Jawab Rico.
“Nasi goreng lima, minumnya apa mas?” Tanya pelayan lagi.
“Woy, minumnya apa boy?” Tanyab Rico ke sahabat-sahabatnya.
“Emmh, es teh manis aja Co.” jawab Santo.
“Minumnya es teh manis lima mbak.” Ujar Rico menjawab pertanyaan dari mbak-mbak pelayan.
“Ok, nasi goreng lima dan es teh manisnya lima. Tunggu sebentar ya mas.” Kata mbak-mbak pelayan.
Selagi mereka menunggu makanan datang, mereka mengobrol-ngobrol diselingi dengan candaan khas mereka. Tidak terasa waktu menunjukkan pukul 17.54. saatnya buka puasa. Dan kebetulan mbak-mbak pelayan tadi sudah datang membawa pesanan mereka.
“Ini mas pesanannya.” Kata si mbak pelayan.
“Oh, iya mbak. Terima kasih ya mbak.” Sahut Rico.
“Ayo boy, kita buka puasa!” ujar Nando.
“Baca Allahumalakasumtu dulu lah!” ujar Santo lagi.
“Oiya, hampir lupa.” Sahut Edo.
Mereka berempat pun langsung membaca do’a berbuka puasa. Kecuali Arya, karena dia non-muslim. Setelah mereka selesai membaca do’a berbuka puasa, Arya berceloteh “Ayo boy kita makan, sudah lapar nih!” mereka pun lansung menyantap makanan mereka sambil ngobrol-ngobrol dan tetap diselingi dengan bercanda. Ya, walaupun sebenarnya makan sambil ngobrol dan bercanda itu tidak baik. Tapi, itu sudah menjadi kebiasaan mereka.
Setelah selesai makan mereka lansung menuju kasir untuk membayar. Setelah dari kasir mereka langsun menuju Musholla untuk solat Maghrib. Setelah usai solat tiba-tiba Edo berteriak kepanikan “woy gawat, kunci motor gue nggak ada!”
“Ah, yang bener lo Do?” Tanya Nando.
“Iya bener, nggak ada nih!” Jawab Edo memastikan.
“Coba cari dulu dikantong lo.” Ujar Arya.
“Jangan-jangan ketinggalan dimotor kali, tadi belom lo cabut.” Sahut Santo.
“Yasudah, ayo cepat kita keparkiran!” ajak Edo.
Mereka pun langsung menuju parkiran untuk mencari kunci motornya Edo. Sesampainya disana ternyata kunci motornya tidak ada, dan memang sudah tercabut. Mereka pun panik kebingungan. Apalagi si Edo yang mukanya sudah merah seperti tomat. Pada saat mereka sedang kebingungan mencari kunci, tiba-tiba petugas parkir disana datang dan bertanya “nyari kunci motor ya mas?”
“Iya mas, kunci motor saya hilang.” Jawab Edo.
“Ini bukan kuncinya?” Tanya petugas parkir lagi.
“Iya betul mas, itu kunci motor saya. Terima kasih ya mas.” Jawab Edo kegirangan.
“Ini mas kuncinya, lain kali jangan ditinggal lagi ya mas!” Kata petugas parkir menasehati.
Setelah mendapatkan kunci motornya Edo pun loncat-loncat kegirangan.
“Alhamdulillah, akhirnya ketemu juga kuncinya. Makanya jadi orang jangan ceroboh.” Sahut Nando.
“Tau lo Do, tadi ban lo bocor sekarang kunci lo hilang, untung nggak hilang beneran.” Ujar Arya.
“Ya sorry boy, namanya juga orang lupa kan nggak inget.” Jawab Edo membela diri.
“Yaiyalah lupa nggak inget, kalau inget mah nggak lupa.” Ujar Santo.
“Yasudah, sekarang kan kuncinya sudah ketemu. Kita mau masuk lagi apa mau lansung pulang, mumpung sudah diparkiran?” Tanya Rico.
“Kita langsung pulang aja boy sudah jam setengah delapan nih, nanti kemaleman lagi sampai dirumahnya.” Jawab Nando.
“Yasudah, kita langsung pulang saja.” Sahut Edo.
Setelah mereka setuju untuk pulang, mereka pun langsung menyalakan sepeda motornya untuk bersiap-siap pulang. Setelah itu mereka pun langsung tancap gas menuju rumah. Tapi, dalam perjalanan pulang mereka tidak bercanda-canda lagi, karena mereka sudah merasa lelah setelah tadi bercanda terus. Setelah sampai didekat rumah mereka masing-masing, emrekapun berhenti sebentar untuk mengucapkan salam perpisahan dan slogan mereka yang berbunyi “Uyeah… uyeah… prikitiw…” itulah bunyi slogan mereka. Setelah itu mereka pun langsung pulang menuju rumah masing-masing.
1 comment:
kayaknya saya udah pernah baca cerita ini deh ka di ramadhan taun kemaren atau entah kmren'a lg hehe ;)
Post a Comment