LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN
Analisa
Uji Fisik, Fosfat (PO4), Ammonia (NH3), Serta Penentuan
Kadar Besi (Fe) dan Mangan (Mn) Sampel Air Diwilayah Sekitar UIN Jakarta
Di Susun Oleh :
ALI PANCA
1110096000028
Kimia III-A
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
2011
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis
sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan hasil percobaan ini.
Adapun judul dari
percobaan ini adalah “Analisa Uji Fisik, Fosfat (PO4), Ammonia (NH3),
Serta Penentuan Kadar Besi (Fe) dan Mangan (Mn) Sampel Air Diwilayah Sekitar
UIN Jakarta “.
Pada kesempatan ini,
penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Etyn Yunita, M.Si selaku dosen
praktikum kimia lingkungan dan Ibu Nita Rosita S.Si selaku asisten dosen
praktikum kimia lingkungan yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan
kepada penulis dalam menyelesaikan percobaan ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelasaian makalah
ini dan memberikan motivasi kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa
hasil percobaan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Akhir kata,
semoga hasil percobaan ini bermanfaat bagi semua pihak.
Jakarta, Desember 2011
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Air merupakan komponen yang penting
bagi kehidupan. Makhluk hidup dimuka bumi ini tidak dapat terlepas dari
kebutuhan akan air. Namun demikian, air dapat menjadi malapetaka bilamana tidak
tersedia alam kondisi yang benar, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dalam
jaringan hidup, air merupakan medium untuk berbagai reaksi dan proses ekskresi.
Air kita perlukan untuk proses hidup dalam tubuh kita, tumbuhan
dan hewan. Sebagian besar tubuh kita, tumbuhan dan hewan terdiri atas air. Air
juga kita perlukan untuk berbagai keperluan rumah tangga, pengairan pertanian
kita, industri, rekreasi, dan lain-lainnya. 0leh karena itu air kita perlukan
dalam kualitas yang memadai dan dalam waktu yang tepat.
Air merupakan
elemen yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Air memiliki berbagai macam
fungsi bagi makhluk hidup, terutama dalam proses metabolisme tubuh. Semua
makhluk hidup memiliki ketergantungan terhadap air. Air merupakan zat pelarut
yang penting untuk makhluk hidup sekaligus bagian penting dalam proses metabolisme.
Tubuh manusia
terdiri dari 55% sampai 78% air, tergantung dari ukuran badan. Agar dapat
berfungsi dengan baik, tubuh manusia membutuhkan antara satu sampai tujuh liter
air setiap hari untuk menghindari dehidrasi;
jumlah pastinya bergantung pada tingkat aktivitas, suhu,
kelembaban,
dan beberapa faktor lainnya.
Dalam air sumur,
terdapat beberapa kandungan bahan kimia. Kandungan ini memiliki efek positif
dan negatif bagi tubuh. Kondisi lingkungan atau daerah sumber air masing-masing
mempengaruhi karakteristik air sumur tersebut sehingga bahan kimia yang
terkandung pun beragam jumlahnya. Berdasarkan keragaman jumlah bahan-bahan
kimia dalam air, maka dibutuhkan suatu standard yang mengatur kualitas air yang
baik untuk dikonsumsi. Standard kualitas air ini diatur oleh Departemen
Kesehatan berupa Standar Nasional Indonesia (SNI) yang harus dipatuhi oleh
semua produsen air minum.
Dalam percobaan
ini akan diamati beberapa parameter kandungan material kimia yang terkandung
dalam sampel air yang meliputi : kadar fosfat (PO4), kadar ammonia
(NH3), kadar besi (Fe), dan kadar mangan (Mn).
I.2
Tujuan Penelitian
Adapun
tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah :
1. Memahami
dan dapat melakukan pengambilan sampel air untuk pengujian kualitas air
2. Mengerti
dan dapat melakukan uji fisik kualitas air
3. Dapat
menentukan konsntrasi fosfat dalam air
4. Dapat
melakukan uji ammonia (NH3-N) dalam sampel air dengan menggunakan
metode Phenat
5. Dapat
melakukan analisa nitrit dalam sampel air
6. Dapat
melakukan preparasi sampel air untuk penentuan kadar logam
7. Dapat
menentukan kadar logam besi (Fe) dan mangan (Mn) pada sampel air
8. Mengetahui
dan mengaplikasikan penggunaan instrument AAS untuk analisa logam
I.3 Manfaat Penelitian
Hasil
percobaan yang dilakukan ini akan memberikan informasi kepada dosen dan
teman-teman mahasiswa tentang kandungan yang terdapat dalam air sumur di
beberapa tempat makan di wilayah sekitar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
II.1
Air
Air
merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan untuk kehidupan
manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum,
pertanian, industri, perikanan, dan rekreasi.
Air
merupakan senyawa kovalen biner yang tersusun dari dua macam atom (H dan O)
dengan rumus molekul H2O. Air adalah suatu senyawa kimia yang
termasuk zat kimia yang dapat dijumpai dalam tiga fasa, yaitu gas, cair dan
padat. Dalam bentuk gas, air terdapat di udara yang sumbernya dari penguapan
air yang ada di darat dan di laut. Dalam bentuk cair, air terdapat di permukaan
bumi dalam jumlah besar yaitu mencapai 97 % dari total ketersediaan air,
sedangkan dalam bentuk padat terdapat sebagai salju dan es abadi sekitar 25 %.
Pada ketiga fasa, secara kimiawi air tidak berubah dan mempunyai rumus H2O.
Air
mempunyai daya larut tinggi, kepadatan dan panas tertentu. Dari kemampuan
tersebut air mendukung keberadaan ekosistem alam di bumi, mendukung kebutuhan
manusia dalam berbagai kehidupan terutama kebutuhan untuk minum.
Air merupakan materi esensial dalam kehidupan.
Bukti-bukti menunjukkan semakin tinggi taraf kehidupan, jumlah kebutuhan air
semakin meningkat. Kebutuhan yang meningkat mendorong pengadaan sumber air
baru, misalnya yang berasal dari air tanah, mengolah dan menawarkan air laut, maupun
mengolah dan menyehatkan kembali sumber air kotor yang telah tercemar seperti
air sungai dan danau. (Winarno, 1986).
A. Sifat
Air
1. Sifat
Fisika Air
Air adalah suatu zat anorganik berwujud cairan yang
mempunyai sifat unik, antara lain :
a. Dalam
keadaan normal air tidak berwarna, berbau dan beras
b. Mendidih
pada suhu 100 0C dan membeku pada suhu 0 0C.
c. Merupakan
penghantar listrik yang buruk.
d. Berat
jenis air dalam bentuk padat lebih kecil daripada dalam bentuk cairan.
e. Memiliki
sifat anomali air ( dibawah suhu 4 0C berat jenis air naik apabila
dipanaskan, diatas suhu tersebut berat jenisnya turun bila dipanaskan ) dan
memiliki sifat yang sama dengan zat cair lainnya.
a. Dapat
melarutkan beberapa zat.
b. Sebagai
katalis, misalnya dalam pemanasan karbon dan oksigen.
c. Mengalami
penguraian.
2H2O 2H2 + O2
Membentuk
senyawa hidrat dengan zat lain, misalnya CuSO4. 5H2O,
MgSO4. 7H2O, air terikat sebagai hablur.
B. Standar
Kualitas Air
Dalam menjamin bahwa air minum itu aman,
higienis dan baik serta dapat di minum, maka harus terpenuhi syarat- syarat
berikut :
Syarat
fisika air minum adalah harus bersih, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak
berbau. Adanya perubahan sifat fisika dapat diketahui sejauh mana kualitas air
tersebut, tetapi bukan berarti bila sifat fisiknya baik, maka kualitas air
tersebut baik juga, tetapi harus dilakukan pengujian parameter lainnya. Yang
termasuk ke dalam parameter fisika adalah bau, warna, rasa, temperatur, padatan
terlarut, padatan tersuspensi dan kekeruhan.
Air minum yang baik harus tidak mengandung
unsur-unsur kimia yang jumlahnya melebihi batas standar air minum. Parameter
ini merupakan pangujian yang lebih kuat daripada parameter fisika dalam
penentuan kualitas air. Yang termasuk ke dalam parameter kimia adalah
kesadahan, alkalinitas, besi, mangan, klorida, zat organik, sulfat, fosfat,
logam berat dan nitrogen (nitrat, nitrit dan amonia).
Di
bawah ini dicantumkan baku mutu air minum menurut Meskes RI No.
01/Birhukmas/I/1975.
Tabel Baku Mutu Air Minum menurut Meskes RI No.
01/Birhukmas/I/1975
C.
Parameter Analisis Air
pH
air merupakan parameter yang penting karena dapat mengetahui kemampuan air
untuk membentuk kerak (suasana basa) atau menyebabkan korosi (suasana asam) dan
untuk menyokong kehidupan mikroorganisme. Prinsip dasar pengukuran pH adalah
secara elektrometri. Pengukuran pH ini memanfaatkan hubungan antara konsentrasi
ion H+ dengan besarnya potensial sel.
2. Suhu
Temperature
adalah salah satu parameter yang menentukan kelayakan suatu sumber air dapat
dikonsumsi, karena suhu sangat berperan dalam reaksi-reaksi kimia dan
pertumbuha mikroba dalam air. Mikroba yang merugikan bagi makhluk hidup dapat
hidup pada temperature tertentu sehingga jika kita menaikkan atau menurunkan
temperature, maka pertumbuhan mikroba tersebut terganggu.
II.2
Fosfat (PO4)
Fosfat
terdapat dalam air alam atau air limbah sebagai senyawa ortofosfat, polifosfat
dan fosfat organis. Setiap senyawa fosfat tersebut terdapat dalam bentuk
terlarut, tersuspensi atau terikat di dalam sel organisme dalam air. Di daerah
pertanian ortofosfat berasal dari bahan pupuk yang masuk ke dalam sungai
melalui drainase dan aliran air hujan. Keberadaan senyawa fosfat dalam air
sangat berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem perairan. Bila kadar fosfat
dalam air rendah, seperti pada air alam (< 0,01 mg P/L), pertumbuhan dan
ganggang akan terhalang.
Fosfat yang
berasal dari air atau limbah alami biasanya berbentukl sebagai senyawa fosfat
saja. Senyawa fosfat dapat diklasifikasikan sebagai ortho fosfat, fosfat yang
terkondensasi (pyro, metha, polifosfat lainnya), dan senyawa fosfat yang
terikat secara organik.
Senyawa-senyawa
fosfat yang biasa dideteksi dengan cara colorimetry tanpa hidrolisis atau
oksidasi dengan pemanasan sampel disebut sebagai “fosfor reaktif” atau ortho
fosfat. Hidrolisis asam pada titik didih airmengubah fosfat terlarut atau
fosfat partikulat yang berkondensasi menjadi orthofosfat terlarut. Istilah
“fosfat yang terhidrolisis asam” lebih disukai daripada “ fosfat
terkondensasi”. Fraksi-fraksi senyawa fosfat yang terkonversi menjadi
orthofosfat hanya oleh proses oksidasi yang dekstruktif dari zat-zat organic
disebut sebagai “fosfat organic”. Total fosfat seperti juga fraksi fosfat yang
terlarut atau tersuspensi dapat dibagi secara analitik menjadi 3 bagian seperti
tersebut diatas.
Metode
ini menggunakan teknik oksidasi persulfat untuk membebaskan/menetapkam fosfat
organic. Metode colorimetric yang dipergunakan adalah metode asam askorbat.
Ammonium molibdat dan potassium antimonil tartrat dalam media asam dengan
orthofosfat untuk membentuk asam heteropoli-asam fosfomolibdat yang tereduksi
menjadi molybdenum yang berwarna biru oleh asam askorbat.
Metode asam askorbat dapat digunakan
untuk penetapan bentuk-bentuk fosfat tertentu didalam air minum, air permukaan,
air payau, air limbah rumah tangga dan limbah industry. Cara uji ini digunakan
untuk penentuan kadar fosfat yang terdapat dalam air/air limbah antara 0,01-1.0
mg/L PO43- dengan menggunakan metode asam askorbat dengan
alat spektrofotometer pada panjang gelombang 880 nm.
II.3
Ammonia (NH3)
Amonia adalah senyawa kimia
dengan rumus NH3.
Biasanya senyawa ini didapati berupa gas dengan bau
tajam yang khas (disebut bau amonia).
Walaupun amonia memilii sumbangan penting bagi keberadaan nutrisi
di bumi,
amonia sendiri adalah senyawa kaustik
dan dapat merusak kesehatan. Keberadaannya dalam air dapat mempengaruhi
perubahan sifat fisik air dan kesehatan manusia yang mengkonsumsi air tersebut.
Ammonia
dan hypochlorite dengan katalis sodium nitroprusside akan menghasilkan
intensitas senyawa biru dari indofenol yang diukur dengan alat spektrofotometer
pada panjang gelombang 640 nm. Cara uji ini digunakan untuk penentuan kadar
ammonia (NH3-N) dalam sampel air dengan metode Phenat yaitu dengan
menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 640 nm dan dengan
konsentrasi NH3-N antara 0,1 mg/L sampai 0,6 mg/L.
II.4
Besi (Fe) dan Mangan (Mn)
Mineral yang sering terkandung dalam air dengan
jumlah besar adalah Fe. Apabila Fe tersebut berada dalam jumlah yang banyak,
maka akan muncul berbagai gangguanlingkungan. Kadar Fe dalam air tanah di
wilayah Jakarta semakin meningkat. Beberapa sumur memiliki kadar Fe yang
melebihi standar baku mutu. Intake Fe dalam dosis besar pada manusia bersifat
toksik karena besi Fe2+ bisa
bereaksi dengan peroksida dan menghasilkan radikal bebas.
Mangan (Mn) adalah logam berwarna
abu-abu keputihan, memiliki sifat yang mirip dengan besi (Fe), merupakan logam
keras, mudah retak, dan mudah teroksidasi. Logam Mn merupakan salah satu logam
dengan jumlah sangat besar di dalam tanah, baik dalam bentuk oksida maupun
hidroksida. Logam Mn bereaksi dengan air dan larut dalam larutan asam. Kadar Mn
meningkat sejalan dengan meningkatnya aktivitas manusia dan industri, yaitu berasal dari pembakaran
bahan bakar. Mangan yang bersumber dari
aktivitas manusia dapat masuk kelingkungan air, tanah, udara, dan makanan.
Kadar mangan dalam dosis tinggi bersifat toksik.
Berdasarkan ADI (Accebtable Daily Intake) orang
deawasa menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MenKes/ Per/IX/1990 tentang
syarat-syarat Air Bersih, Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas Air
Minum, maka kadar maksimum yang diperbolehkan untuk Fe adalah 0,3 mg/L
sedangkan kadar Mn adalah 0,1 mg/L.
Kandungan
besi atau mangan dalam air berbahaya bagi kesehatan. Jika zat tersebut berada
dalam air maka dapat menyebabkan rasa tidak enak dan noda. Kelebihan zat besi (Fe) bisa menyebabkan keracunan dimana
terjadi muntah, kerusakan usus, penuaan dini hingga kematian mendadak, mudah
marah, radang sendi, cacat lahir, gusi berdarah, kanker, cardiomyopathies,
sirosis ginjal, sembelit, diabetes, diare, pusing, mudah lelah, kulit kehitam –
hitaman, sakit kepala, dan gagal hati. ubuh manusia mengandung Mn sekitar 10 mg
dan banyak ditemukan di liver, tulang, dan ginjal. Kelebihan Mn dapat
menimbulkan racun yang lebih kuat dibanding besi. Toksisitas Mn hampir sama
dengan nikel dan tembaga.
II.5 Spektrofotometer UV-VIS
Spektrofotometri
ialah suatu analisis berdasarkan pengukuran intensitas cahaya yang dipancarkan
(It) dan secara tidak langsung cahaya yang diabsorb (Ia) yang tergantung oleh
warna dari suatu zat. Sedangkan alat yang digunakan untuk mengukur intensitas
cahaya tersebut disebut Spektrofotometer. Hukum yang berlaku pada
spektrofotometer adalah Lambert-Beer. Persamaannya :
A
= Ñ”.c.t
Dimana : A = absorbansi
Є
= epsilon (tetapan)
C = konsentrasi
t = tebal cuvet
Pada
Spektrofotometer terbagi dalam 4 bagian penting, yaitu:
b. Sumber
cahaya (sinar)
Sumber cahaya yang dapat dipakai ada dua
yaitu wolfram dan deuterium. Wolfram menghasilkan sinar pada panjang gelombang
diatas 375 nm dan deuterium memiliki panjang gelombang dibawah 375 nm. Dengan
memilih salah satu dari keduanya kita dapat melakukan penetapan pada daerah UV atau VIS.
c. Monokromator
Monokromator berfungsi untuk
mendispersikan atau menguraikan cahaya polikromatis menjadi monokromatis. Ada
dua macam monokromator yaitu prisma dan grating. Grating lebih banyak dipakai
karena lebih baik dalam mendispersikan cahaya karena daya mendispersikannya
lebih besar dibandingkan prisma. Selain itu grating juga dapat dipakai disemua
daerah spektra.
Ketelitian dari monokromator selain
dipengaruhi jenisnya juga dipengaruhi oleh lebar celah (Slit Width) yang dipakai. Karena semakin sempit slit yang dipakai maka sinar yang ditransmisikan akan makin selektif,
artinya makin monokromatis tetapi
hubungan lebar slit dengan band pass width tidak linier.
d. Cuvet
Cuvet
adalah tempat larutan contoh yang akan diukur. Dalam penggunaannya cuvet harus memiliki syarat-syarat:
1)
Tidak berwarna sehingga dapat
mentransmisikan cahaya
2) Permukaannya
secara optis sejajar
3) Tidak
bereaksi dengan bahan-bahan kimia
4) Tidak
rapuh
5) Bentuknya
sederhana
Bentuk cuvet yaitu lingkaran dan persegi dengan ukuran panjang 1x 1 cm dan
tinggi + 5 cm. Adapun jenis cuvet
yaitu plastik, kaca, dan kuarsa. Kaca hanya dapat digunakan di daerah VIS,
tidak UV karena kaca dapat mengabsorb sinar UV. Sedangkan kuarsa bisa di daerah
UV-VIS dan kuarsa lebih tahan pelarut organik, asam basa kuat. Maka dari itu
banyak yang menggunakan kuarsa.
e. Detektor
Fungsinya merubah cahaya yang diterima
menjadi arus listrik. Ada dua jenis
detektor yang dikenal yaitu:
1)
Foto Tube (photo emissive cell)
2) Barrier
Layer Cells.
Diantara
keduanya paling baik yaitu Barrier Layer Cells, karena pada saat proses
jatuhnya foton sinar pada katoda akan membebaskan elektron labih banyak
dibandingkan Foto Tube yaitu sebesar 106–107
elektron.
II.6 Atomic Absorption Spectrophotometre
(AAS)
Spektrofotometer serapan atom adalah metode analisis
berdasarkan pada pengukuran radiasi cahaya yang diserap oleh atom bebas.
Analisis mengunakan spektrofotometer serapan atom ini mempunyai keuntungan berupa analisisnya
sangat peka dan cepat, pengerjaanya relative sederhana.
Prinsip
dasar SSA yang didasarkan pada proses penyerapan energy radiasi dari sumber nyala atom-atom yang berada pada
tingkat energy dasar akan memberikan energy menjadi bacaan absorbans yang
sebanding dengan konsentrasi.
Komponen-komponen
utama yang menyusun spektrofotometer
serapan atom adalah sumber cahaya, atomizer, monokromator, detektor dan
penampilan data.
BAB
III
METODELOGI
PENELITIAN
III.1
Sampling Air
A.
Lokasi
dan Waktu Percobaan
Lokasi : 12 tempat makan
di wilayah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Waktu : 05.30 WIB
No.
|
Nama Warung Makan
|
ID Sampel
|
Alamat
|
Kedalaman Sumber Air
|
Penggunaan
|
1.
|
Warteg Sederhana
Ibu Nuraeni
|
IA
|
Jl. Ibnu Batuta
No. 45
|
12 m
|
Masak, dan mencuci
bahan makanan
|
2.
|
Warung Pak Murti
|
IB
|
Jl. Ibnu Batuta
No. 42
|
18 m
|
Air minum, dan
masak
|
3.
|
Warteg Pak Nata
|
IIA
|
Jl. Swadaya,
Pisangan, Ciputat
|
20 m
|
Masak
|
4.
|
Warteg Al-Barkah 2
|
IIB
|
Jl. Limun,
Pisangan, Ciputat
|
40 m
|
Masak
|
5.
|
Warteg Bela Jaya
|
IIIA
|
Jl. Sedap Malam
No. 1
|
20 m
|
Masak, dan air
minum
|
6.
|
Warteg Al-Hikmah
|
IIIB
|
Jl. Sedap Malam
No. 5
|
12 m
|
Masak
|
7.
|
Warteg Ibu Juju
|
IVA
|
Jl. Ibnu Taimia 2
Komp. Dosen
|
33m
|
Masak, dan mencuci
bahan makanan
|
8.
|
RM. Prasmanan
Sedoya Murah
|
IVB
|
Jl. Nubala No. 6B
|
25 m
|
Masak
|
9.
|
RM. Bakso Rusuk
|
VA
|
Jl. Ibnu Khaldun I
|
20 m
|
Masak
|
10.
|
Warteg Hafaro I
BBS
|
VB
|
Jl. Ciputat Raya
|
40 m
|
Air minum, masak,
dan mencuci bahan makanan
|
11.
|
Warung Makan Fathu
|
VIA
|
Jl. Ibnu Khaldun
II
|
50 m
|
Air minum, dan
mencuci bahan makanan
|
12.
|
Warkop Sangkan
Hurip
|
VIB
|
Jl. Kertamukti No.
10
|
25 m
|
Masak, dan air
minum
|
B.
Alat dan Bahan
Alat:
1) Botol
Polietilen (PE) steril
2) pH-meter
Bahan
:
sampel air dari beberapa tempat makan
C.
rosedur
Kerja
1) Persiapan
wadah sampel
Untuk analisa kimia, dibutuhkan wadah
penyimpan sampel yang bersih dari kontaminan, yang dapat mengganggu hasil
analisis. Pertama dibersihkan dan dicuci botol sampel dengan sabun atau
deterjen, kemudian dibilas botol tersebut dengan air suling hingga bersih. Lalu
dibilas wadah tadi menggunakan larutan HNO3. Setelah itu, dibilas lagi botol tadi menggunakan air
suling hingga bersih. Kemudian dikeringkan dengan cara membalikkan botol
sampel.
2) Pengambilan
air sampel
Untuk analisis kimia
dan fisika dari sampe air, pengambilan sampel memiliki beberapa langkah. Dalam
pengambilan sampel pada aliran di bawah tekanan, diatur laju air 500ml/menit.
Pengambilan sampel air dari kran atau klep, digunakan pipa sambungan yang masuk
ke dalam botol. Dialirkan sampel air beberapa saat hingga air meluap sampai 10
kali volume botol sampel. Ditutup botol sampel dengan segera, dihindari
kontaminasi dengan udara.
Pengambilan sampel air pada kolam,
danau, sungai, laut, bak penampungan dan lainnya, digunakan alat pengambilan
sampel khusus.
Pengambilan sampel air panas, harus
melalui koil pendingin. Dialirkan sampel tidak kurang dari 500ml/menit pada
keadaan normal. Didinginkan Suhu air hingga di bawah 30oC.
3) Analisa
Uji Fisik
Parameter
yang diuji pada uji fisik ini ada dua, yaitu nilai pH dan temperatur dari
sampel air minum isi ulang. Kedua uji ini dilakukan bersamaan dengan
menggunakan alat pH-meter, yaitu dengan cara menyiapkan sampel dalam suatu
wadah. Dibersihkan pH-meter menggunakan aquades. Kemudian dikalibrasi
menggunakan larutan pH standard. Kemudian dibersihkan kembali dengan aquades,
lalu dicelupkan pH-meter pada sampel hingga nilai pH dan temperatur yang
terbaca stabil.
III.2
Uji Fosfat dengan Metode Asam Askorbat
A.
Lokasi
dan Waktu Percobaan
Lokasi :
Pusat Lab. Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Waktu
: 13.30 WIB
B.
Alat
dan Bahan :
Bahan
:
1)
Sampel air yang akan diuji
2)
Air suling
3)
H2SO4 5N
4)
Kalium
antimonil tartrat
5)
Ammonium molibdat
6)
Asam askorbat
Alat
:
1) UV-VIS
Spektrofotometer
2) Timbangan
analitik
3) Labu
Erlenmeyer 125 mL
4) Labu
ukur 100 mL; 250 mL; dan 1000 mL
5) Gelas
ukur 25 mL dan 50 mL
6) Pipet
volumetric 2 mL; 5 mL; 10 mL; 20 mL; dan 25 mL
7) Gelas
piala 1000 mL
C.
Prosedur
Kerja
1) Pembuatan
Larutan
a) Larutan
H2SO4 5 N
Dimasukkan dengan
hati-hati 70 mL asam sulfat pekat ke dalam gelas piala yang berisi 300 mL air
suling dan diletakkan pada penangas es. Larutan diencerkan dengan air suling
sampai 500 mL lalu dihomogenkan.
b) Larutan kalium antimonil tartrat
Sebanyak 1.3715 g
kalium antimonil tartrat dilarutkan dengan 400 mL air suling dalam labu ukur
500 mL yang kemudian ditambahkan air suling hingga tepat tanda tera dan
dihomogenkan.
c) Larutan
ammonium molibdat
Sebanyak 20 g ammonium
molibdat dilarutkan ke dalam 500 mL air suling kemudian dihomogenkan.
d) Larutan
Asam Askorbat
Sebanyak 1.76 g asam
askorbat dilarutkan ke dalam 100 mL air suling.
e) Larutan
Campuran
Dicampurkan secara berturut-turut
50 mL H2SO4 5N, 5 mL larutan kalium antimonil tartrat, 15
mL larutan ammonium molibdat dan 30 mL larutan asam askorbat.
Catatan 1 Bila terbentuk warna biru, larutan campuran
tidak dapat digunakan.
Catatan 2 Jika terjadi kekeruhan pada larutan campuran, kocok dan biarkan
beberapa menit sampai hilang kekeruhannya sebelum digunakan.
Catatan 3 Larutan campuran ini stabil selama 4 jam.
2) Pembuatan
Kurva Kalibrasi
Dibuat
deret standar dengan memipet 0; 1; 2; 3; 4; 5 larutan baku fosfat yang
mengandung 10 mg P/L dan dimasukkan masing-masing ke dalam labu ukur 50 mL.
ditambahkan air suling sampai tepat tanda tera kemudian dihomogenkan sehingga
diperoleh kadar fosfat 0.0 mg P/L; 0.2 mg P/L; 0.4 mg P/L; 0.8 mg P/L; 1.0 mg
P/L. Di optimalkan alat spektrofotometer sesuai dengan petunjuk alat untuk
pengujian kadar fosfat. Dipipet larutan kerja dan dimasukkan masing-masing ke
dalam Erlenmeyer. Setelah itu ditambahkan 1 tetes indicator fenolftalin. Jika
terbentuk warna merah muda, ditambahkan tetes demi tetes H2SO4
5N sampai warna hilang. Kemudian ditambahkan 8 mL larutan campuran dan
dihomogenkan. Larutan tersebut dimasukkan kedalam kuvet pada alat
spektrofotometer, lalu dibaca dan dicatat serapan masuknya pada panjang
gelombang 880 nm dalam kisaran waktu antara 10-30 menit.
3) Pengukuran
Sampel
Dipipet
25 mL sampel uji secara duplo dan dimasukkan masing-masing ke dalam Erlenmeyer.
Ditambahkan 1 tetes indicator fenolftalin. Jika terbentuk warna merah muda,
ditambahkan tetes demi tetes H2SO4 5N sampai warna hilang. Setelah itu
ditambahkan 8 mL larutan campuran kemudian dihomogenkan. Dimasukkan larutan
tersebut kedalam kuvet pada alat spektrofotometer, lalu dibaca dan dicatat
serapan masuknya pada panjang gelombang 880 nm dalam kisaran waktu antara 10-30
menit.
III.3 Ammonia Sampel
Air dengan Metode Phenat
A.
Lokasi
dan Waktu Percobaan
Lokasi :
Pusat Lab. Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Waktu : 13.30 WIB
B.
Alat
dan Bahan :
Bahan :
·
Larutan Fenol (C6H5OH)
·
Natrium Nitroprusida (C5FeN6Na2O)
0,5 %
·
Larutan Alkalin Sitrat (C6H5Na3O7)
·
Natrium Hipoklorit (NaOCl) 5%
·
Larutan Pengoksidasi
·
Larutan induk Ammonia 1000 mg/L
·
Larutan baku Ammonia 100 mg/L
·
Larutan baku Ammonia 10 mg/L
·
Air suling
Alat :
o
UV-VIS Spektrofotmeter
o
Neraca analitik
o
Erlenmeyer 50 mL
o
Labu ukur 100 mL; 500 mL; dan 1000 mL
o
Gelas ukur 25 ml
o
Pipet volumetrik 1,0 mL; 2,0 mL; 3,0 mL;
4,0 mL; dan 5,0 mL
o
Gelas piala
o
Pipet tetes
C.Prosedur
Kerja
Pembuatan
larutan
·
Larutan Fenol (C6H5OH)
§ Dicampurkan
11.1 mL Fenol yang dicairkan (kadar Fenol ≥ 89 %) dengan etil alcohol 95 %
didalam labu ukur 100 mL. Diencerkan dengan aquades hingga batas tanda tera dan
dihomogenkan
§ Catatan
: Larutan ini tahan selama 1 minggu.
·
Larutan Nitroprusida (C5FeN6Na2O)
0.5 %
§ Dilarutkan
0.5 gram Natrium Nitroprusida dalam 100 mL air suling lalu dihomogenkan.
§ Catatan
: Larutan disimpan dalam botol gelap dan tahan sampai 1 bulan.
·
Larutan hipoklorit (NaOCl) 5 %
§ Catatan
: larutan yang tersedia di pasaran berkonsentrasi 5 %, larutan ini akan
terdekomposisi setelah segel dilepas, oleh karena itu ganti larutan setelah 2
bulan.
·
Larutan pengoksidasi
§ Dicampurkan
100 mL larutan alkalin sitrat dengan 25 mL larutan NaOCl 5 %. Larutan ini harus
disiapkan setiap kali sebelum pengujian.
·
Larutan induk Ammonia 1000 mg/L
§ Dilarutkan
3.819 g NH4Cl (yang sudah dikeringkan pada 100oC dengan
100 ml aquades dalam labu ukur 1 L. Diencerkan hingga batas tanda tera dengan
aquades Setiap 1 mL larutan ini mengandung 1 mg N /L = 1 mg NH3 /L.
1.
Kalibrasi
Dipipet
0.0 mL; 1 mL; 2 mL; 3 mL dan 5 mL larutan baku ammonia 10 mg N /L dan masukan
dimasing-masing ke dalam labu ukur 100 mL. Ditambahkan air suling sampai tepat
tanda tera sehingga diperoleh kadar ammonia 0.0 mg N /L; 0.1 mg N/L; 0.2 mg
N/L; 0.3 mg N/L; 0.5 mg N/L. Alat spektrofotometer dioptimalkan sesuai petunjuk
alat pengujian kadar ammonia. Dipipet 25 mL larutan standard dan dimasukkan
masing-masing ke dalam Erlenmeyer 25 mL. Ditambahkan 1 mL larutan Fenol,
dihomogenkan. Ditambahkan 1 mL larutan Natrium Nitroprusida, dihomogenkan. Ditambahkan
2.5 mL larutan pengoksidasi, dihomogenkan. Ditutup Erlenmeyer dengan paraffin.
Dibiarkan selama 1 jam untuk pembentukan warna. Diukur absorbansi pada
spektrofotometer dengan panjang gelombang 640 nm.
2.
Pengukuran Sampel
Dipipet
25 mL sampel dan dimasukkan masing-masing kedalam erlenmeyer 25 mL. Ditambahkan
1 mL larutan Fenol, dihomogenkan. Ditambahkan 1 mL larutan Natrium
Nitroprusida, dihomogenkan. Ditambahkan 2.5 mL larutan pengoksidasi,
dihomogenkan. Ditutup Erlenmeyer dengan paraffin atau aluminum foil. Dibiarkan
selama 1 jam untuk pembentukan warna. Diukur absorbansi pada spektrofotometer
dengan panjang gelombang 640 nm.
III.4
Penentuan Kadar Logam Besi dan Mangan Dalam Sampel Air
A.
Lokasi
dan Waktu Percobaan
Lokasi :
Pusat Lab. Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Waktu : 13.30 WIB
B.
Alat
dan Bahan :
a.
Bahan :
1) Larutan
induk Fe 1000 ppm
2) Larutan
induk Mn 1000 ppm
3) HNO3
pekat
4) Aquades
5) Sampel
Air ( Air Minum isi ulang )
6) Sampel
Standar 1,0 ppm; 3,0 ppm; dan 6.0 ppm
b.
Alat :
1) AAS
( Atomic Absorption Spectrophotometer )
2) Gelas
ukur 100 mL
3) Beker
glass 100 mL
4) Pipet
mikro
C.
Prosedur
Kerja
1. Ambil
100 mL sampel dan tambahkan HNO3 1 mL (1% dari volume sampel )
2. Apabila
sampel agak keruh,lakukan penyaringan dengan filter paper atau centrifuge
3. Buat
larutan standar Fe dan Mn dari larutan induk Fe dan Mn dengan konsentrasi 0.1
ppm; 0.5 ppm; 1 ppm; dan 2 ppm.
4. Optimalkan
instrument AAS sesuai dengan instruksi kerja alat.
5. Ukur
konsentrasi larutan standar masing-masing logam dengan AAS, pastikan kurva kalibrasinya
membentuk kurva linier (garis lurus) dengan koefisien korelasi mendekati
1(0.99…)
6. Lakukan
pengukuran sampel, dan catat konsentrasi yang tertera pada AAS.
7. Apabila
tidak ada pemgenceran atau pemekatan pada sampel, maka konsentrasi sampel pada
AAS merupakan konsentrasi logam tersebut.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
IV.1
Hasil
No.
|
Kode
Sampel
|
Kedalaman
Sumur (m)
|
pH
|
Suhu
(oC)
|
Kadar
Fosfat (mg/L)
|
Kadar
Amonia
(mg/L)
|
Konsentrasi
Fe
(mg/L)
|
Konsentrasi
Mn
(mg/L)
|
1
|
IA
|
12
|
6,57
|
27
|
0,01
|
< 0,01
|
0,09
|
0,02
|
2
|
IB
|
18
|
6,92
|
27
|
0,03
|
< 0,01
|
0,25
|
0,12
|
3
|
IIA
|
20
|
7,00
|
27
|
0,02
|
< 0,01
|
0,23
|
0,10
|
4
|
IIB
|
40
|
6,00
|
28
|
0,01
|
< 0,01
|
1,01
|
1,03
|
6
|
IIIA
|
12
|
6,01
|
27
|
0,02
|
< 0,01
|
3,26
|
0,71
|
5
|
IIIB
|
20
|
6,11
|
26,5
|
0,09
|
< 0,01
|
0,47
|
0,84
|
7
|
IVA
|
33
|
6,66
|
27,5
|
0,03
|
< 0,01
|
0,05
|
0,20
|
8
|
IVB
|
25
|
6,68
|
27,5
|
0,01
|
< 0,01
|
1,40
|
0,76
|
9
|
VA
|
20
|
4,90
|
27
|
< 0,01
|
< 0,01
|
< 0,05
|
0,60
|
10
|
VB
|
40
|
6,05
|
27
|
0,04
|
< 0,01
|
< 0,05
|
0,15
|
11
|
VIA
|
50
|
5,45
|
27,5
|
< 0,01
|
< 0,01
|
< 0,05
|
0,54
|
12
|
VIB
|
25
|
6,04
|
28
|
0,02
|
< 0,01
|
< 0,05
|
0,33
|
IV.2 Pembahasan
Dalam percobaan ini praktikan menguji kadar fosfat, kadar
ammonia, konsentrasi Fe, dan konsentrasi Mn dari sampel air yang diambil dari
12 tempat makan yang berada di wilayah UIN Jakarta. Untuk sampel ID IA, IB,
IIA, IIB, IIIA, IIIB sampel air diambil dari tempat makan yang berada disamping
wilayah UIN Jakarta,. Untuk sampel ID IVA, IVB, VA, VB, VIA, VI B sampael air
diambil dari tempat makan yang berada didepan wilayah UIN Jakarta.
Sampling air ini dilakukan pada pagi hari dimana belum
banyak terjadi aktivitas memasak, sehingga sampel air yang diperoleh murni
menunjukkan keadaan dalam sumber air. Pada saat proses sampling air ini
praktikan membiarkan air terus mengalir ke dalam botol sampel sampai 10 kali
volume botol sampel, hal ini bertujuan agar sampel tidak mengandung kerak
maupun partikel besar lainnya
Selanjutnya, sampel yang diperoleh dibawa ke laboratorium
untuk dilakukan uji sifat fisik air. Dalam hal ini praktikan hanya menguji dua
variabel yaitu pH dan suhu sampel air. Sebelumnya sampel air telah ditambahkan
larutan asam nitrat (HNO3), yang bertujuan untuk mengawetkan sampel
air tersebut. Penambahan asam nitrat tersebut tidak mempengaruhi
kadar yang akan diuji dari sampel tersebut.
Menurut
Baku mutu nasional berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan RI nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 tanggal 29 juli 2002 tentang
syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum, pH air yang
layak diminum itu berkisar antara 6,5-8,5.
Dari sampel air yang telah diuji ada beberapa sampel yang memiliki nilai pH
masih dibawah ambang batas yaitu <6,5. Air yang memiliki nilai pH dibawah
nilai ambang batas bersifat asam,
hal ini dapat mempengaruhi tingkat keasaman darah jika dikonsumsi
terus-menerus. Jika darah terlalu asam maka darah akan menggumpal, dan berakhir
pada kerja jantung yang melambat. Jika berlangsung lama, maka berbagai penyakit
akan menyerang. Selain itu air yang meiliki pH asam memiliki kemampun untuk
menyebabkan korosi yang lebih besar. Dari data suhu untuk masing-masing sampel air, kesemuanya masih
memiliki suhu yang tidak berbeda jauh dengan lingkungan pada saat itu.
Jika ditinjau dari lokasi pengambilan sampel tidak ada perbedaan yang
signifikan untuk mengenai nilai pH yang terkandung dalam masing-masing sampel
air.
Selanjutnya
praktikan menguji kadar fosfat (PO4) dengan metode asam askorbat. Metode
asam askorbat dapat digunakan untuk penetapan bentuk-bentuk fosfat tertentu
didalam air minum, air permukaan, air payau, air limbah rumah tangga dan limbah
industry. Cara uji ini digunakan untuk penentuan kadar fosfat yang terdapat
dalam air/air limbah antara 0,01-1.0 mg/L PO43- dengan
menggunakan metode asam askorbat dengan alat spektrofotometer pada panjang
gelombang 880 nm.
Dari hasil pengamatan didapati ada dua
sampel (sampel VA dan VIA) yang memiliki nilai kadar fosfat dibawah nilai MDL
(Methode Detection Limit). Hal ini
menunjukan bahwa kandungan fosfat dalam sampel air tersebut sangatlah kecil.
Dan untuk sampel yang lain memiliki nilai kadar fosfat masih dalam kisaran MDL.
Adanya kandungan fosfat ini, dikarenakan pada limbah domestik berupa sampah
organik dan sampah anorganik serta diterjen. Sampah-sampah ini tidak dapat
diuraikan oleh bakteri (non biodegrable). Sampah organik yang dibuang ke sungai
menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen terlarut, karena sebagian besar
digunakan bakteri untuk proses pembusukannya. Apabila sampah anorganik yang
dibuang ke sungai, cahaya matahari dapat terhalang dan menghambat proses
fotosintesis dari tumbuhan air dan alga, yang menghasilkan oksigen.Dan akhirnya
dapat mencemari sumur-sumur atau air tanah pemukiman disekitarnya. Dalam KepMenKes 907-2002 tidak tercantum
baku mutu untuk kadar fosfat dalam air, akan tetapi keberadaan fosfat dalam air
dengan pemakaian yang terus menerus berpotensi sebagai salah satu penyebab
kanker. Jika ditinjau dari dari lokasi pengambilan sampel seua data
hasil pengamatan masih didalam kisaran batas nilai MDL, tetapi untuk kadar
fosfat tertinggi yang terdapat pada sampel ID IIIA lokasi sampel berada
diwilayah samping UIN Jakarta, dan untuk dua sampel yang memiliki kadar Fosfat
dibawah batas nilai MDL lokasi sampel berada diwilayah depan UIN Jakarta.
Selanjutnya
praktikan menguji kadar ammonia (NH3) dengan metode phenat. Ammonia
dan hypochlorite dengan katalis sodium nitroprusside akan menghasilkan
intensitas senyawa biru dari indofenol yang diukur dengan alat spektrofotometer
pada panjang gelombang 640 nm. Cara uji ini digunakan untuk penentuan kadar
ammonia (NH3-N) dalam sampel air dengan metode Phenat yaitu dengan
menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 640 nm dan dengan konsentrasi
NH3-N antara 0,1 mg/L sampai 0,6 mg/L.
Dari hasil pengamatan didapati bahwa semua
sampel memilki kadar ammonia dibawah nilai MDL. Hal ini menunjukan bahwa kadar
ammonia dalam sampel tersebut sangatlah kecil. Menurut Baku mutu nasional berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan RI nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 batas kadar ammonia yang
terkandung dalam air yang akan dikonsumsi yaitu 0,15 mg/L. dan untuk batas
nilai MDL untuk penentuan kadar ammonia yaitu0,1 mg/L sampa 0,6 mg/L. Dari
hasil pengamatan, semua sampel memiliki nilai kadar ammonia < 0,1 mg/L.
Keberadaan ammonia dalam air minum dapat menyebabkan perubahan fisik air
seperti timbulnya bau gas ammoniak dan perubahan warna jika kandungan ammonia
terlalu tinggi. Standar kualitas air minum yang ditetapkan oleh Departemen
Kesehatan RI tidak memperbolehkan ammonia terdapat dalam air minum. Jika
ditinjau dari lokasi pengambilan sampel, semua sampel yang diambil dari 12
lokasi memiliki nilai kadar ammonia masih berada dibawah nilai MDL dan nilai
baku mutu yang ditetapkan pemerintah.
Selanjutnya praktikan menentukan kadar
logam besi (Fe) dan mangan (Mn). Berdasarkan ADI (Accebtable Daily Intake)
orang deawasa menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MenKes/
Per/IX/1990 tentang syarat-syarat Air Bersih, Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas Air Minum, maka kadar
maksimum yang diperbolehkan untuk Fe adalah 0,3 mg/L sedangkan kadar Mn adalah
0,1 mg/L. Untuk nilai MDL Fe adalah 0,05 mg/L dan untuk nilai MDL Mn adalah
0,01 mg/L.
Penentuan kadar Fe dan Mn dalam sampel
air ini menggunakan instrument AAS. Spektrofometri serapan atom merupakan salah
satu metode analisis yang dipergunakan untuk mengidentifikasi dan menentukan
keberadaan ion logam baik secara
kualitatif maupun kuantitati dalam semua
jenis materi dan larutan. Pegukuran dalam spektroskopi serapan atom ini
didasarkan pada radiasi yang diserap oleh atom yang tidak tereksitasi dalam
bentuk uap. Prinsip analisa dengan
menggunakan AAS adalah interaksi antara energi radiasi dengan atom unsure yang
dianalisis .
Pada percobaan ini,
larutan standar Fe dan larutan standar Mn dengan konsentrasi yang berbeda-beda
yang dihasilkan dari pengenceran larutan induk, akan dianilisis absorbansinya
untuk menghasilkan konsentrasi larutan sampel yang belum diketahui. Dari hasil
pengamatan didapati bahwa ada empat sampel (sampel IIB, IIIA, IIIB, dan IVB) yang
memiliki konsentrasi Fe > 0,3 mg/L diatas nilai baku mutu yang ditetapkan
pemerintah dan keempat sampel tersebut lokasi pengambilan sampelnya 3 sampel berada
diwilayah samping UIN Jakarta dan 1 sampel pengambilan sampel berada diwilayah
depan UIN Jakarta. Untuk sampel yang memiliki nilai kadar Fe dibawah MDL (<
0,05 mg/L) yaitu sampel ID VA, VB, VIA, dan VIB. Untuk sampel yang memiliki
kadar Fe tepat dengan nilai MDL yaitu sampel ID IVA, semua sampel tersebut
lokasi pengambilan sampel berada diwilayah depan UIN Jakarta. Dan untuk sampel
air yang diambil dari lokasi diwilayah samping UIN Jakarta, semua sampel
memiliki nilai kadar konsentrasi Fe diatas batas nilai MDL.
Dan untuk hasil pengamatan pengukuran
konsentrasi Mn dalam larutan sampel, semua sampel memiliki kadar Mn diatas
nilai bats nilai MDL (> 0,01 mg/L) dan hanya ada satu sampel yaitu sampel ID
IA yang memili kadar Mn dibawah nilai baku mutu yang ditetapkan pemerintah
(<0,1 mg/L).
Kandungan besi atau
mangan dalam air berbahaya bagi kesehatan. Jika zat tersebut berada dalam air
maka dapat menyebabkan rasa tidak enak dan noda. Kelebihan zat besi (Fe) bisa
menyebabkan keracunan dimana terjadi muntah, kerusakan usus, penuaan dini
hingga kematian mendadak, mudah marah, radang sendi, cacat lahir, gusi
berdarah, kanker, cardiomyopathies, sirosis ginjal, sembelit, diabetes,
diare, pusing, mudah lelah, kulit kehitam – hitaman, sakit kepala, dan gagal
hati. ubuh manusia mengandung Mn sekitar 10 mg dan banyak ditemukan di liver,
tulang, dan ginjal. Kelebihan Mn dapat menimbulkan racun yang lebih kuat
dibanding besi. Toksisitas Mn hampir sama dengan nikel dan tembaga.
BAB V
KESIMPULAN DAN
SARAN
V.1 Kesimpulan
·
Rata-rata nilai pH dari beberapa sampel
masih didalam nilai baku mutu yang ditetapkan pemerintah.
·
Kadar fosfat yang terkandung dalam
sampel masih dalam kisaran nilai MDL.
·
Kadar ammonia yang terkandung dalam
semua sampel dibawah nilai MDL dan dibawah nilai baku matu pemerintah.
·
Sampel air yang diambil dari tempat
makan yang berada diwilayah samping UIN Jakarta memiliki konsentrasi Fe lebih
besar dari sampel yang diambil dari tempat makan diwilayah depan UIN Jakarta.
·
Semua sampel air memiliki konsentrasi Mn
lebih besar dari nilai MDL.
V.2 Saran
Dalam
pengujian zat-zat yang terkandung dalam air untuk pengambilan sampel uji lebih baik dilakukan
sesuai dengan prosedur, untuk menghindarkan kontaminasi terhadap sampel.
Instrumen yang digunakan untuk analisis sebaiknya sudah dikalibrasi terlebih
dahulu sehingga diperoleh data dengan presisi dan keakuratan yang tinggi.
Daftar
Pustaka
Achmad, Rukaesih.2004.Kimia Lingkungan.Yogyakarta : Penerbit Andi.
http://aahabib.co.cc/info-kesehatan/bahaya-detejen-bagi-kesehatan/ diakses 9 Desember 2011 13.50
http://bplhdjabar.go.id/index.php/did-you-know/lingkungan/305-pencemaran-air diakses 9 Desember 2011 13.00
http://bsn.go.id diakses 09 Desember 2011 13.10
http://greencollege-keperawatan.blogspot.com/2010/01/sulfat-sulfida-fluorida-amonia.html diakses 09 Desember 2011 13.17
http://id.wikipedia.org/wiki/Fosfat
diakses 9 Desember 2011 13.30
http://infoguano.blogspot.com/2010/06/rock-phosphat.html diakses 09 Desember 2011 14.07
http://journals.iucr.org/e/issues/2005/03/00/ac6148/ac6148scheme1.gif 27
Desember 2011 07.30
http://lovekimiabanget.blogspot.com/2010/04/mangan-mn.html diakses 27 Desember 2011 07.45
http://repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/1704.pdf diakses 10 Desember 2011 10.45
http://science.csumb.edu/morocojo/chem_methods/Phosphate/PhosphateMeth.html diakses 27 Desember 2011 07.00
http://smk3ae.wordpress.com/2010/08/28/penghilangan-besi-fe-dan-mangan-mn-dalam-air-2/ diakses 10 Desember 2011 10.15
http://victoria-ro.com diakses 09 Desember 2011 14.36
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_fisika1 diakses 27 Desember 2011 07.15
http://www.scribd.com/doc/32563834/Besi-Dan-Mangan diakses 10 Desember 2011 10.50
LAMPIRAN
A. Uji Fosfat dengan Metode Asam Askorbat
Ø
Pembuatan Kurva Kalibrasi
Konsentrasi Fosfat Standar mg/L (x)
|
Absorbansi Standar (y)
|
ID Sampel
|
Hasil Pengukuran (C)
|
Kadar Fosfat Sampel (mg/L)*
|
0,0
|
0,005826
|
IA
|
0,0131
|
0,01
|
0,2
|
0,1232
|
IB
|
0,0336
|
0,03
|
0,4
|
0,242
|
IIA
|
0.0196
|
0,02
|
0,8
|
0,4888
|
IIB
|
0.0096
|
0,01
|
1,0
|
0,6144
|
IIIA
|
0,0902
|
0,09
|
IIIB
|
0,0212
|
0,02
|
||
IVA
|
0,0302
|
0,03
|
||
IVB
|
0,0139
|
0,01
|
||
VA
|
0,0023
|
<0,01
|
||
VB
|
0,0367
|
0,04
|
||
VIA
|
0,0034
|
<0,01
|
||
VIB
|
0,0248
|
0,02
|
*
MDL
untuk Fosfat berada pada kisaran konsentrasi 0,01 – 1,0 mg/L
B. Uji Ammonia (NH3-N)
Sampel Air dengan Metode Phenat
Ø Pembuatan
Kurva Kalibrasi
Konsentrasi Ammonia Standar mg/L (x)
|
Absorbansi Standar (y)
|
ID Sampel
|
Hasil Pengukuran (C)
|
Kadar Ammonia (mg/L)*
|
0,0
|
0,0007447
|
IA
|
0,0421
|
<0,1
|
0,1
|
0,1159
|
IB
|
0,0241
|
<0,1
|
0,2
|
0,1957
|
IIA
|
-0,0208
|
<0,1
|
0,3
|
0,4279
|
IIB
|
0,0300
|
<0,1
|
0,5
|
0,7666
|
IIIA
|
0,0060
|
<0,1
|
IIIB
|
-0,0961
|
<0,1
|
||
IVA
|
-0,1207
|
<0,1
|
||
IVB
|
-0,1257
|
<0,1
|
||
VA
|
-0,1574
|
<0,1
|
||
VB
|
-0,2609
|
<0,1
|
||
VIA
|
-0,0415
|
<0,1
|
||
VIB
|
0,0516
|
<0,1
|
*
MDL
untuk Ammonia berada pada kisaran konsentrasi 0,1-0,6 mg/L
C. Penentuan Kadar Logam Besi dan
Mangan dalam Sampel Air
Ø Pembuatan
Kurva Kalibrasi Fe
Konsentrasi Standar mg/L (x)
|
Absorbansi Standar (y)
|
ID Sampel
|
Hasil Pengukuran (C)
|
Kadar Fe (mg/L)*
|
0,0
|
0,0000
|
IA
|
0,086
|
0,09
|
1,0
|
0,0308
|
IB
|
0,250
|
0,25
|
3,0
|
0,0896
|
IIA
|
0,232
|
0,23
|
6,0
|
0,1674
|
IIB
|
1,014
|
1,01
|
IIIA
|
3,262
|
3,26
|
||
IIIB
|
0,473
|
0,47
|
||
IVA
|
0,050
|
0,05
|
||
IVB
|
1,401
|
1,40
|
||
VA
|
-0,117
|
<0,05
|
||
VB
|
-0,084
|
<0,05
|
||
VIA
|
-0,004
|
<0,05
|
||
VIB
|
-0,068
|
<0,05
|
*
MDL
untuk logam besi (Fe) yaitu 0,05 mg/L
Ø Pembuatan
Kurva Kalibrasi Mn (*MDL untuk logam Mn 0,01 mg/L)
Konsentrasi Standar mg/L (x)
|
Absorbansi Standar (y)
|
ID Sampel
|
Hasil Pengukuran (C)
|
Kadar Mn (mg/L)*
|
0,0
|
0,0000
|
IA
|
0,021
|
0,02
|
1,0
|
0,0716
|
IB
|
0,121
|
0,12
|
3,0
|
0,2065
|
IIA
|
0,107
|
0,11
|
6,0
|
0,3835
|
IIB
|
1,035
|
1,04
|
IIIA
|
0,710
|
0,71
|
||
IIIB
|
0,838
|
0,84
|
||
IVA
|
0,198
|
0,20
|
||
IVB
|
0,759
|
0,76
|
||
VA
|
0,596
|
0,60
|
||
VB
|
0,149
|
0,15
|
||
VIA
|
0,537
|
0,54
|
||
VIB
|
0,326
|
0,33
|
No comments:
Post a Comment