Thursday, July 12, 2012

Analisa Uji Fisik, Fosfat (PO4), Ammonia (NH3), Serta Penentuan Kadar Besi (Fe) dan Mangan (Mn) Sampel Air Diwilayah Sekitar UIN Jakarta


LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN
Analisa Uji Fisik, Fosfat (PO4), Ammonia (NH3), Serta Penentuan Kadar Besi (Fe) dan Mangan (Mn) Sampel Air Diwilayah Sekitar UIN Jakarta





Di Susun Oleh :
ALI PANCA
1110096000028
Kimia III-A





PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2011



KATA PENGANTAR
                                                                                                                      

            Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan hasil percobaan ini.
Adapun judul dari percobaan ini adalah “Analisa Uji Fisik, Fosfat (PO4), Ammonia (NH3), Serta Penentuan Kadar Besi (Fe) dan Mangan (Mn) Sampel Air Diwilayah Sekitar UIN Jakarta “.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Etyn Yunita, M.Si selaku dosen praktikum kimia lingkungan dan Ibu Nita Rosita S.Si selaku asisten dosen praktikum kimia lingkungan yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan percobaan ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelasaian makalah ini dan memberikan motivasi kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa hasil percobaan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Akhir kata, semoga hasil percobaan ini bermanfaat bagi semua pihak.


Jakarta,   Desember 2011
  


Penulis











BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
            Air merupakan komponen yang penting bagi kehidupan. Makhluk hidup dimuka bumi ini tidak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Namun demikian, air dapat menjadi malapetaka bilamana tidak tersedia alam kondisi yang benar, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dalam jaringan hidup, air merupakan medium untuk berbagai reaksi dan proses ekskresi.
Air kita perlukan untuk proses hidup dalam tubuh kita, tumbuhan dan hewan. Sebagian besar tubuh kita, tumbuhan dan hewan terdiri atas air. Air juga kita perlukan untuk berbagai keperluan rumah tangga, pengairan pertanian kita, industri, rekreasi, dan lain-lainnya. 0leh karena itu air kita perlukan dalam kualitas yang memadai dan dalam waktu yang tepat.
Air merupakan elemen yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Air memiliki berbagai macam fungsi bagi makhluk hidup, terutama dalam proses metabolisme tubuh. Semua makhluk hidup memiliki ketergantungan terhadap air. Air merupakan zat pelarut yang penting untuk makhluk hidup sekaligus bagian penting dalam proses metabolisme. Tubuh manusia terdiri dari 55% sampai 78% air, tergantung dari ukuran badan. Agar dapat berfungsi dengan baik, tubuh manusia membutuhkan antara satu sampai tujuh liter air setiap hari untuk menghindari dehidrasi; jumlah pastinya bergantung pada tingkat aktivitas, suhu, kelembaban, dan beberapa faktor lainnya.
Dalam air sumur, terdapat beberapa kandungan bahan kimia. Kandungan ini memiliki efek positif dan negatif bagi tubuh. Kondisi lingkungan atau daerah sumber air masing-masing mempengaruhi karakteristik air sumur tersebut sehingga bahan kimia yang terkandung pun beragam jumlahnya. Berdasarkan keragaman jumlah bahan-bahan kimia dalam air, maka dibutuhkan suatu standard yang mengatur kualitas air yang baik untuk dikonsumsi. Standard kualitas air ini diatur oleh Departemen Kesehatan berupa Standar Nasional Indonesia (SNI) yang harus dipatuhi oleh semua produsen air minum.
Dalam percobaan ini akan diamati beberapa parameter kandungan material kimia yang terkandung dalam sampel air yang meliputi : kadar fosfat (PO4), kadar ammonia (NH3), kadar besi (Fe), dan kadar mangan (Mn).



I.2 Tujuan Penelitian
      Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah :
1.      Memahami dan dapat melakukan pengambilan sampel air untuk pengujian kualitas air
2.      Mengerti dan dapat melakukan uji fisik kualitas air
3.      Dapat menentukan konsntrasi fosfat dalam air
4.      Dapat melakukan uji ammonia (NH3-N) dalam sampel air dengan menggunakan metode Phenat
5.      Dapat melakukan analisa nitrit dalam sampel air
6.      Dapat melakukan preparasi sampel air untuk penentuan kadar logam
7.      Dapat menentukan kadar logam besi (Fe) dan mangan (Mn) pada sampel air
8.      Mengetahui dan mengaplikasikan penggunaan instrument AAS untuk analisa logam

I.3 Manfaat Penelitian
            Hasil percobaan yang dilakukan ini akan memberikan informasi kepada dosen dan teman-teman mahasiswa tentang kandungan yang terdapat dalam air sumur di beberapa tempat makan di wilayah sekitar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Air
Air merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan untuk kehidupan manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum, pertanian, industri, perikanan, dan rekreasi.
Air merupakan senyawa kovalen biner yang tersusun dari dua macam atom (H dan O) dengan rumus molekul H2O. Air adalah suatu senyawa kimia yang termasuk zat kimia yang dapat dijumpai dalam tiga fasa, yaitu gas, cair dan padat. Dalam bentuk gas, air terdapat di udara yang sumbernya dari penguapan air yang ada di darat dan di laut. Dalam bentuk cair, air terdapat di permukaan bumi dalam jumlah besar yaitu mencapai 97 % dari total ketersediaan air, sedangkan dalam bentuk padat terdapat sebagai salju dan es abadi sekitar 25 %. Pada ketiga fasa, secara kimiawi air tidak berubah dan mempunyai rumus H2O.
Air mempunyai daya larut tinggi, kepadatan dan panas tertentu. Dari kemampuan tersebut air mendukung keberadaan ekosistem alam di bumi, mendukung kebutuhan manusia dalam berbagai kehidupan terutama kebutuhan untuk minum.
Air merupakan materi esensial dalam kehidupan. Bukti-bukti menunjukkan semakin tinggi taraf kehidupan, jumlah kebutuhan air semakin meningkat. Kebutuhan yang meningkat mendorong pengadaan sumber air baru, misalnya yang berasal dari air tanah, mengolah dan menawarkan air laut, maupun mengolah dan menyehatkan kembali sumber air kotor yang telah tercemar seperti air sungai dan danau. (Winarno, 1986).

A.    Sifat Air
1.      Sifat Fisika Air
Air adalah suatu zat anorganik berwujud cairan yang mempunyai sifat unik, antara lain :
a.       Dalam keadaan normal air tidak berwarna, berbau dan beras
b.      Mendidih pada suhu 100 ­­0C dan membeku pada suhu  0 0C.
c.       Merupakan penghantar listrik yang buruk.
d.      Berat jenis air dalam bentuk padat lebih kecil daripada dalam bentuk cairan.
e.       Memiliki sifat anomali air ( dibawah suhu 4 0C berat jenis air naik apabila dipanaskan, diatas suhu tersebut berat jenisnya turun bila dipanaskan ) dan memiliki sifat yang sama dengan zat cair lainnya.
a.       Dapat melarutkan beberapa zat.
b.      Sebagai katalis, misalnya dalam pemanasan karbon dan oksigen.
c.       Mengalami penguraian.
2H2O                       2H2 + O2
Membentuk senyawa hidrat dengan zat lain, misalnya CuSO4. 5H2O, MgSO4. 7H2O, air terikat sebagai hablur.

B.     Standar Kualitas Air
Dalam menjamin bahwa air minum itu aman, higienis dan baik serta dapat di minum, maka harus terpenuhi syarat- syarat berikut :
  1. Syarat Fisika
Syarat fisika air minum adalah harus bersih, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Adanya perubahan sifat fisika dapat diketahui sejauh mana kualitas air tersebut, tetapi bukan berarti bila sifat fisiknya baik, maka kualitas air tersebut baik juga, tetapi harus dilakukan pengujian parameter lainnya. Yang termasuk ke dalam parameter fisika adalah bau, warna, rasa, temperatur, padatan terlarut, padatan tersuspensi dan kekeruhan.
  1. Syarat Kimia
Air minum yang baik harus tidak mengandung unsur-unsur kimia yang jumlahnya melebihi batas standar air minum. Parameter ini merupakan pangujian yang lebih kuat daripada parameter fisika dalam penentuan kualitas air. Yang termasuk ke dalam parameter kimia adalah kesadahan, alkalinitas, besi, mangan, klorida, zat organik, sulfat, fosfat, logam berat dan nitrogen (nitrat, nitrit dan amonia).
Di bawah ini dicantumkan baku mutu air minum menurut Meskes RI No. 01/Birhukmas/I/1975.











































Tabel  Baku Mutu Air Minum menurut Meskes RI No. 01/Birhukmas/I/1975

C.     Parameter Analisis Air
            pH air merupakan parameter yang penting karena dapat mengetahui kemampuan air untuk membentuk kerak (suasana basa) atau menyebabkan korosi (suasana asam) dan untuk menyokong kehidupan mikroorganisme. Prinsip dasar pengukuran pH adalah secara elektrometri. Pengukuran pH ini memanfaatkan hubungan antara konsentrasi ion H+ dengan besarnya potensial sel.
2.      Suhu
            Temperature adalah salah satu parameter yang menentukan kelayakan suatu sumber air dapat dikonsumsi, karena suhu sangat berperan dalam reaksi-reaksi kimia dan pertumbuha mikroba dalam air. Mikroba yang merugikan bagi makhluk hidup dapat hidup pada temperature tertentu sehingga jika kita menaikkan atau menurunkan temperature, maka pertumbuhan mikroba tersebut terganggu.
II.2 Fosfat (PO4)
            Fosfat terdapat dalam air alam atau air limbah sebagai senyawa ortofosfat, polifosfat dan fosfat organis. Setiap senyawa fosfat tersebut terdapat dalam bentuk terlarut, tersuspensi atau terikat di dalam sel organisme dalam air. Di daerah pertanian ortofosfat berasal dari bahan pupuk yang masuk ke dalam sungai melalui drainase dan aliran air hujan. Keberadaan senyawa fosfat dalam air sangat berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem perairan. Bila kadar fosfat dalam air rendah, seperti pada air alam (< 0,01 mg P/L), pertumbuhan dan ganggang akan terhalang.
Fosfat yang berasal dari air atau limbah alami biasanya berbentukl sebagai senyawa fosfat saja. Senyawa fosfat dapat diklasifikasikan sebagai ortho fosfat, fosfat yang terkondensasi (pyro, metha, polifosfat lainnya), dan senyawa fosfat yang terikat secara organik.
            Senyawa-senyawa fosfat yang biasa dideteksi dengan cara colorimetry tanpa hidrolisis atau oksidasi dengan pemanasan sampel disebut sebagai “fosfor reaktif” atau ortho fosfat. Hidrolisis asam pada titik didih airmengubah fosfat terlarut atau fosfat partikulat yang berkondensasi menjadi orthofosfat terlarut. Istilah “fosfat yang terhidrolisis asam” lebih disukai daripada “ fosfat terkondensasi”. Fraksi-fraksi senyawa fosfat yang terkonversi menjadi orthofosfat hanya oleh proses oksidasi yang dekstruktif dari zat-zat organic disebut sebagai “fosfat organic”. Total fosfat seperti juga fraksi fosfat yang terlarut atau tersuspensi dapat dibagi secara analitik menjadi 3 bagian seperti tersebut diatas.
            Metode ini menggunakan teknik oksidasi persulfat untuk membebaskan/menetapkam fosfat organic. Metode colorimetric yang dipergunakan adalah metode asam askorbat. Ammonium molibdat dan potassium antimonil tartrat dalam media asam dengan orthofosfat untuk membentuk asam heteropoli-asam fosfomolibdat yang tereduksi menjadi molybdenum yang berwarna biru oleh asam askorbat.
            Metode asam askorbat dapat digunakan untuk penetapan bentuk-bentuk fosfat tertentu didalam air minum, air permukaan, air payau, air limbah rumah tangga dan limbah industry. Cara uji ini digunakan untuk penentuan kadar fosfat yang terdapat dalam air/air limbah antara 0,01-1.0 mg/L PO43- dengan menggunakan metode asam askorbat dengan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 880 nm.
II.3 Ammonia (NH3)
           Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH3. Biasanya senyawa ini didapati berupa gas dengan bau tajam yang khas (disebut bau amonia). Walaupun amonia memilii sumbangan penting bagi keberadaan nutrisi di bumi, amonia sendiri adalah senyawa kaustik dan dapat merusak kesehatan. Keberadaannya dalam air dapat mempengaruhi perubahan sifat fisik air dan kesehatan manusia yang mengkonsumsi air tersebut.
           Ammonia dan hypochlorite dengan katalis sodium nitroprusside akan menghasilkan intensitas senyawa biru dari indofenol yang diukur dengan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 640 nm. Cara uji ini digunakan untuk penentuan kadar ammonia (NH3-N) dalam sampel air dengan metode Phenat yaitu dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 640 nm dan dengan konsentrasi NH3-N antara 0,1 mg/L sampai 0,6 mg/L.
II.4 Besi (Fe)  dan Mangan (Mn)
Mineral yang sering terkandung dalam air dengan jumlah besar adalah Fe. Apabila Fe tersebut berada dalam jumlah yang banyak, maka akan muncul berbagai gangguanlingkungan. Kadar Fe dalam air tanah di wilayah Jakarta semakin meningkat. Beberapa sumur memiliki kadar Fe yang melebihi standar baku mutu. Intake Fe dalam dosis besar pada manusia bersifat toksik karena besi  Fe2+ bisa bereaksi dengan peroksida dan menghasilkan radikal bebas.
Mangan (Mn) adalah logam berwarna abu-abu keputihan, memiliki sifat yang mirip dengan besi (Fe), merupakan logam keras, mudah retak, dan mudah teroksidasi. Logam Mn merupakan salah satu logam dengan jumlah sangat besar di dalam tanah, baik dalam bentuk oksida maupun hidroksida. Logam Mn bereaksi dengan air dan larut dalam larutan asam. Kadar Mn meningkat sejalan dengan meningkatnya aktivitas manusia  dan industri, yaitu berasal dari pembakaran bahan bakar.  Mangan yang bersumber dari aktivitas manusia dapat masuk kelingkungan air, tanah, udara, dan makanan. Kadar mangan dalam dosis tinggi bersifat toksik.
Berdasarkan ADI (Accebtable Daily Intake) orang deawasa menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MenKes/ Per/IX/1990 tentang syarat-syarat Air Bersih, Keputusan Menteri Kesehatan RI No.907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas Air Minum, maka kadar maksimum yang diperbolehkan untuk Fe adalah 0,3 mg/L sedangkan kadar Mn adalah 0,1 mg/L.

            Kandungan besi atau mangan dalam air berbahaya bagi kesehatan. Jika zat tersebut berada dalam air maka dapat menyebabkan rasa tidak enak dan noda. Kelebihan zat besi (Fe) bisa menyebabkan keracunan dimana terjadi muntah, kerusakan usus, penuaan dini hingga kematian mendadak, mudah marah, radang sendi, cacat lahir, gusi berdarah, kanker, cardiomyopathies, sirosis ginjal, sembelit, diabetes, diare, pusing, mudah lelah, kulit kehitam – hitaman, sakit kepala, dan gagal hati. ubuh manusia mengandung Mn sekitar 10 mg dan banyak ditemukan di liver, tulang, dan ginjal. Kelebihan Mn dapat menimbulkan racun yang lebih kuat dibanding besi. Toksisitas Mn hampir sama dengan nikel dan tembaga.


II.5 Spektrofotometer UV-VIS
Spektrofotometri ialah suatu analisis berdasarkan pengukuran intensitas cahaya yang dipancarkan (It) dan secara tidak langsung cahaya yang diabsorb (Ia) yang tergantung oleh warna dari suatu zat. Sedangkan alat yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya tersebut disebut Spektrofotometer. Hukum yang berlaku pada spektrofotometer adalah Lambert-Beer. Persamaannya :
A = Ñ”.c.t

Dimana : A = absorbansi
Є = epsilon (tetapan)
C = konsentrasi
t = tebal cuvet
Pada Spektrofotometer terbagi dalam 4 bagian penting, yaitu:
b.      Sumber cahaya  (sinar)
Sumber cahaya yang dapat dipakai ada dua yaitu wolfram dan deuterium. Wolfram menghasilkan sinar pada panjang gelombang diatas 375 nm dan deuterium memiliki panjang gelombang dibawah 375 nm. Dengan memilih salah satu dari keduanya kita dapat melakukan penetapan  pada daerah UV atau VIS. 
c.       Monokromator
Monokromator berfungsi untuk mendispersikan atau menguraikan cahaya polikromatis menjadi monokromatis. Ada dua macam monokromator yaitu prisma dan grating. Grating lebih banyak dipakai karena lebih baik dalam mendispersikan cahaya karena daya mendispersikannya lebih besar dibandingkan prisma. Selain itu grating juga dapat dipakai disemua daerah spektra.
Ketelitian dari monokromator selain dipengaruhi jenisnya juga dipengaruhi oleh lebar celah (Slit Width) yang dipakai. Karena semakin sempit slit yang dipakai maka sinar  yang ditransmisikan akan makin selektif, artinya makin monokromatis  tetapi hubungan lebar slit dengan band pass width tidak linier.
d.      Cuvet
Cuvet adalah tempat larutan contoh yang akan diukur. Dalam penggunaannya cuvet harus memiliki syarat-syarat:
1)      Tidak berwarna sehingga dapat mentransmisikan cahaya
2)      Permukaannya secara optis sejajar
3)      Tidak bereaksi dengan bahan-bahan kimia
4)      Tidak rapuh
5)      Bentuknya sederhana
Bentuk cuvet yaitu lingkaran dan persegi dengan ukuran panjang 1x 1 cm dan tinggi + 5 cm. Adapun jenis cuvet yaitu plastik, kaca, dan kuarsa. Kaca hanya dapat digunakan di daerah VIS, tidak UV karena kaca dapat mengabsorb sinar UV. Sedangkan kuarsa bisa di daerah UV-VIS dan kuarsa lebih tahan pelarut organik, asam basa kuat. Maka dari itu banyak yang menggunakan kuarsa.
e.       Detektor
Fungsinya merubah cahaya yang diterima menjadi arus listrik.  Ada dua jenis detektor yang dikenal yaitu:
1)      Foto Tube (photo emissive cell)
2)      Barrier Layer Cells.
Diantara keduanya paling baik yaitu Barrier Layer Cells, karena pada saat proses jatuhnya foton sinar pada katoda akan membebaskan elektron labih banyak dibandingkan  Foto Tube yaitu sebesar 10­6–107 elektron.
II.6 Atomic Absorption Spectrophotometre (AAS)
Spektrofotometer  serapan atom adalah metode analisis berdasarkan pada pengukuran radiasi cahaya yang diserap oleh atom bebas. Analisis mengunakan spektrofotometer serapan atom ini  mempunyai keuntungan berupa analisisnya sangat peka dan cepat, pengerjaanya relative sederhana.
Prinsip dasar SSA yang didasarkan pada proses penyerapan energy radiasi  dari sumber nyala atom-atom yang berada pada tingkat energy dasar akan memberikan energy menjadi bacaan absorbans yang sebanding dengan konsentrasi.
Komponen-komponen utama  yang menyusun spektrofotometer serapan atom adalah sumber cahaya, atomizer, monokromator, detektor dan penampilan data.


BAB III
METODELOGI PENELITIAN
III.1 Sampling Air
A.       Lokasi dan Waktu Percobaan
  Lokasi           : 12 tempat makan di wilayah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
  Waktu           : 05.30 WIB

No.
Nama Warung Makan
ID Sampel
Alamat
Kedalaman Sumber Air
Penggunaan
1.
Warteg Sederhana Ibu Nuraeni
IA
Jl. Ibnu Batuta No. 45
12 m
Masak, dan mencuci bahan makanan
2.
Warung Pak Murti
IB
Jl. Ibnu Batuta No. 42
18 m
Air minum, dan masak
3.
Warteg Pak Nata
IIA
Jl. Swadaya, Pisangan, Ciputat
20 m
Masak
4.
Warteg Al-Barkah 2
IIB
Jl. Limun, Pisangan, Ciputat
40 m
Masak
5.
Warteg Bela Jaya
IIIA
Jl. Sedap Malam No. 1
20 m
Masak, dan air minum
6.
Warteg Al-Hikmah
IIIB
Jl. Sedap Malam No. 5
12 m
Masak
7.
Warteg Ibu Juju
IVA
Jl. Ibnu Taimia 2 Komp. Dosen
33m
Masak, dan mencuci bahan makanan
8.
RM. Prasmanan Sedoya Murah
IVB
Jl. Nubala No. 6B
25 m
Masak
9.
RM. Bakso Rusuk
VA
Jl. Ibnu Khaldun I
20 m
Masak
10.
Warteg Hafaro I BBS
VB
Jl. Ciputat Raya
40 m
Air minum, masak, dan mencuci bahan makanan
11.
Warung Makan Fathu
VIA
Jl. Ibnu Khaldun II
50 m
Air minum, dan mencuci bahan makanan
12.
Warkop Sangkan Hurip
VIB
Jl. Kertamukti No. 10
25 m
Masak, dan air minum

B.         Alat dan Bahan
Alat:
1)      Botol Polietilen (PE) steril
2)      pH-meter
Bahan :
sampel air dari beberapa tempat makan

C.       rosedur Kerja
1)      Persiapan wadah sampel
Untuk analisa kimia, dibutuhkan wadah penyimpan sampel yang bersih dari kontaminan, yang dapat mengganggu hasil analisis. Pertama dibersihkan dan dicuci botol sampel dengan sabun atau deterjen, kemudian dibilas botol tersebut dengan air suling hingga bersih. Lalu dibilas wadah tadi menggunakan larutan HNO3. Setelah  itu, dibilas lagi botol tadi menggunakan air suling hingga bersih. Kemudian dikeringkan dengan cara membalikkan botol sampel.
2)      Pengambilan air sampel
Untuk analisis kimia dan fisika dari sampe air, pengambilan sampel memiliki beberapa langkah. Dalam pengambilan sampel pada aliran di bawah tekanan, diatur laju air 500ml/menit. Pengambilan sampel air dari kran atau klep, digunakan pipa sambungan yang masuk ke dalam botol. Dialirkan sampel air beberapa saat hingga air meluap sampai 10 kali volume botol sampel. Ditutup botol sampel dengan segera, dihindari kontaminasi dengan udara.
Pengambilan sampel air pada kolam, danau, sungai, laut, bak penampungan dan lainnya, digunakan alat pengambilan sampel khusus.
Pengambilan sampel air panas, harus melalui koil pendingin. Dialirkan sampel tidak kurang dari 500ml/menit pada keadaan normal. Didinginkan Suhu air hingga di bawah 30oC.
3)      Analisa Uji Fisik
Parameter yang diuji pada uji fisik ini ada dua, yaitu nilai pH dan temperatur dari sampel air minum isi ulang. Kedua uji ini dilakukan bersamaan dengan menggunakan alat pH-meter, yaitu dengan cara menyiapkan sampel dalam suatu wadah. Dibersihkan pH-meter menggunakan aquades. Kemudian dikalibrasi menggunakan larutan pH standard. Kemudian dibersihkan kembali dengan aquades, lalu dicelupkan pH-meter pada sampel hingga nilai pH dan temperatur yang terbaca stabil.


III.2 Uji Fosfat dengan Metode Asam Askorbat
A.                   Lokasi dan Waktu Percobaan

 Lokasi                  : Pusat Lab. Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Waktu                   : 13.30 WIB

B.                    Alat dan Bahan :
Bahan :
1)      Sampel air yang akan diuji
2)      Air suling
3)      H2SO4 5N
4)      Kalium  antimonil tartrat
5)      Ammonium molibdat
6)      Asam askorbat

Alat :
1)      UV-VIS Spektrofotometer
2)      Timbangan analitik
3)      Labu Erlenmeyer 125 mL
4)      Labu ukur 100 mL; 250 mL; dan 1000 mL
5)      Gelas ukur 25 mL dan 50 mL
6)      Pipet volumetric 2 mL; 5 mL; 10 mL; 20 mL; dan 25 mL
7)      Gelas piala 1000 mL
C.          Prosedur Kerja
1)      Pembuatan Larutan
a)      Larutan H2SO4 5 N
Dimasukkan dengan hati-hati 70 mL asam sulfat pekat ke dalam gelas piala yang berisi 300 mL air suling dan diletakkan pada penangas es. Larutan diencerkan dengan air suling sampai 500 mL lalu dihomogenkan.
b)      Larutan  kalium antimonil tartrat
Sebanyak 1.3715 g kalium antimonil tartrat dilarutkan dengan 400 mL air suling dalam labu ukur 500 mL yang kemudian ditambahkan air suling hingga tepat tanda tera dan dihomogenkan.


c)      Larutan ammonium molibdat
Sebanyak 20 g ammonium molibdat dilarutkan ke dalam 500 mL air suling kemudian dihomogenkan.
d)     Larutan Asam Askorbat
Sebanyak 1.76 g asam askorbat dilarutkan ke dalam 100 mL air suling.
e)      Larutan Campuran
Dicampurkan secara berturut-turut 50 mL H2SO4 5N, 5 mL larutan kalium antimonil tartrat, 15 mL larutan ammonium molibdat dan 30 mL larutan asam askorbat.
Catatan 1   Bila terbentuk warna biru, larutan campuran tidak dapat   digunakan.
Catatan 2   Jika terjadi kekeruhan pada larutan campuran, kocok dan biarkan beberapa menit sampai hilang kekeruhannya sebelum digunakan.
Catatan 3   Larutan campuran ini stabil selama 4 jam.
2)      Pembuatan Kurva Kalibrasi
Dibuat deret standar dengan memipet 0; 1; 2; 3; 4; 5 larutan baku fosfat yang mengandung 10 mg P/L dan dimasukkan masing-masing ke dalam labu ukur 50 mL. ditambahkan air suling sampai tepat tanda tera kemudian dihomogenkan sehingga diperoleh kadar fosfat 0.0 mg P/L; 0.2 mg P/L; 0.4 mg P/L; 0.8 mg P/L; 1.0 mg P/L. Di optimalkan alat spektrofotometer sesuai dengan petunjuk alat untuk pengujian kadar fosfat. Dipipet larutan kerja dan dimasukkan masing-masing ke dalam Erlenmeyer. Setelah itu ditambahkan 1 tetes indicator fenolftalin. Jika terbentuk warna merah muda, ditambahkan tetes demi tetes H2SO4 5N sampai warna hilang. Kemudian ditambahkan 8 mL larutan campuran dan dihomogenkan. Larutan tersebut dimasukkan kedalam kuvet pada alat spektrofotometer, lalu dibaca dan dicatat serapan masuknya pada panjang gelombang 880 nm dalam kisaran waktu antara 10-30 menit.
3)      Pengukuran Sampel
Dipipet 25 mL sampel uji secara duplo dan dimasukkan masing-masing ke dalam Erlenmeyer. Ditambahkan 1 tetes indicator fenolftalin. Jika terbentuk warna merah muda, ditambahkan tetes demi tetes H2SO4 5N sampai warna hilang. Setelah itu ditambahkan 8 mL larutan campuran kemudian dihomogenkan. Dimasukkan larutan tersebut kedalam kuvet pada alat spektrofotometer, lalu dibaca dan dicatat serapan masuknya pada panjang gelombang 880 nm dalam kisaran waktu antara 10-30 menit.






III.3 Ammonia Sampel Air dengan Metode Phenat

A.    Lokasi dan Waktu Percobaan
 Lokasi                        : Pusat Lab. Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Waktu                         : 13.30 WIB

B.     Alat dan Bahan :
Bahan :
·         Larutan Fenol (C6H5OH)
·         Natrium Nitroprusida (C5FeN6Na2O) 0,5 %
·         Larutan Alkalin Sitrat (C6HNa3O7)
·         Natrium Hipoklorit (NaOCl) 5%
·         Larutan Pengoksidasi
·         Larutan induk Ammonia 1000 mg/L
·         Larutan baku Ammonia 100 mg/L
·         Larutan baku Ammonia 10 mg/L
·         Air suling

Alat :
o   UV-VIS Spektrofotmeter
o   Neraca analitik
o   Erlenmeyer 50 mL
o   Labu ukur 100 mL; 500 mL; dan 1000 mL
o   Gelas ukur 25 ml
o   Pipet volumetrik 1,0 mL; 2,0 mL; 3,0 mL; 4,0 mL; dan 5,0 mL
o   Gelas piala
o   Pipet tetes


C.Prosedur Kerja
Pembuatan larutan
·         Larutan Fenol (C6H5OH)
§  Dicampurkan 11.1 mL Fenol yang dicairkan (kadar Fenol ≥ 89 %) dengan etil alcohol 95 % didalam labu ukur 100 mL. Diencerkan dengan aquades hingga batas tanda tera dan dihomogenkan
§  Catatan : Larutan ini tahan selama 1 minggu.
·         Larutan Nitroprusida (C5FeN6Na2O) 0.5 %
§  Dilarutkan 0.5 gram Natrium Nitroprusida dalam 100 mL air suling lalu dihomogenkan.
§  Catatan : Larutan disimpan dalam botol gelap dan tahan sampai 1 bulan.
·         Larutan hipoklorit (NaOCl) 5 %
§  Catatan : larutan yang tersedia di pasaran berkonsentrasi 5 %, larutan ini akan terdekomposisi setelah segel dilepas, oleh karena itu ganti larutan setelah 2 bulan.
·         Larutan pengoksidasi
§  Dicampurkan 100 mL larutan alkalin sitrat dengan 25 mL larutan NaOCl 5 %. Larutan ini harus disiapkan setiap kali sebelum pengujian.
·         Larutan induk Ammonia 1000 mg/L
§  Dilarutkan 3.819 g NH4Cl (yang sudah dikeringkan pada 100oC dengan 100 ml aquades dalam labu ukur 1 L. Diencerkan hingga batas tanda tera dengan aquades Setiap 1 mL larutan ini mengandung 1 mg N /L = 1 mg NH3 /L.







1.      Kalibrasi
Dipipet 0.0 mL; 1 mL; 2 mL; 3 mL dan 5 mL larutan baku ammonia 10 mg N /L dan masukan dimasing-masing ke dalam labu ukur 100 mL. Ditambahkan air suling sampai tepat tanda tera sehingga diperoleh kadar ammonia 0.0 mg N /L; 0.1 mg N/L; 0.2 mg N/L; 0.3 mg N/L; 0.5 mg N/L. Alat spektrofotometer dioptimalkan sesuai petunjuk alat pengujian kadar ammonia. Dipipet 25 mL larutan standard dan dimasukkan masing-masing ke dalam Erlenmeyer 25 mL. Ditambahkan 1 mL larutan Fenol, dihomogenkan. Ditambahkan 1 mL larutan Natrium Nitroprusida, dihomogenkan. Ditambahkan 2.5 mL larutan pengoksidasi, dihomogenkan. Ditutup Erlenmeyer dengan paraffin. Dibiarkan selama 1 jam untuk pembentukan warna. Diukur absorbansi pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 640 nm.

2.      Pengukuran Sampel
Dipipet 25 mL sampel dan dimasukkan masing-masing kedalam erlenmeyer 25 mL. Ditambahkan 1 mL larutan Fenol, dihomogenkan. Ditambahkan 1 mL larutan Natrium Nitroprusida, dihomogenkan. Ditambahkan 2.5 mL larutan pengoksidasi, dihomogenkan. Ditutup Erlenmeyer dengan paraffin atau aluminum foil. Dibiarkan selama 1 jam untuk pembentukan warna. Diukur absorbansi pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 640 nm.











III.4 Penentuan Kadar Logam Besi dan Mangan Dalam Sampel Air
A.    Lokasi dan Waktu Percobaan
 Lokasi                        : Pusat Lab. Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Waktu                         : 13.30 WIB

B.     Alat dan Bahan :
a.       Bahan :
1)      Larutan induk Fe 1000 ppm
2)      Larutan induk Mn 1000 ppm
3)      HNO3 pekat
4)      Aquades
5)      Sampel Air (  Air Minum isi ulang )
6)      Sampel Standar 1,0 ppm; 3,0 ppm; dan 6.0 ppm
b.      Alat :
1)      AAS ( Atomic Absorption Spectrophotometer )
2)      Gelas ukur 100 mL
3)      Beker glass 100 mL
4)      Pipet mikro
C.    Prosedur Kerja
1.      Ambil 100 mL sampel dan tambahkan HNO3 1 mL (1% dari volume sampel )
2.      Apabila sampel agak keruh,lakukan penyaringan dengan filter paper atau centrifuge
3.      Buat larutan standar Fe dan Mn dari larutan induk Fe dan Mn dengan konsentrasi 0.1 ppm; 0.5 ppm; 1 ppm; dan 2 ppm.
4.      Optimalkan instrument AAS sesuai dengan instruksi kerja alat.
5.      Ukur konsentrasi larutan standar masing-masing logam dengan AAS, pastikan kurva kalibrasinya membentuk kurva linier (garis lurus) dengan koefisien korelasi mendekati 1(0.99…)
6.      Lakukan pengukuran sampel, dan catat konsentrasi yang tertera pada AAS.
7.      Apabila tidak ada pemgenceran atau pemekatan pada sampel, maka konsentrasi sampel pada AAS merupakan konsentrasi logam tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
No.
Kode Sampel
Kedalaman Sumur (m)
pH
Suhu
(oC)
Kadar Fosfat (mg/L)
Kadar Amonia
(mg/L)
Konsentrasi Fe
(mg/L)
Konsentrasi Mn
(mg/L)
1
IA
12
6,57
27
0,01
< 0,01
0,09
0,02
2
IB
18
6,92
27
0,03
< 0,01
0,25
0,12
3
IIA
20
7,00
27
0,02
< 0,01
0,23
0,10
4
IIB
40
6,00
28
0,01
< 0,01
1,01
1,03
6
IIIA
12
6,01
27
0,02
< 0,01
3,26
0,71
5
IIIB
20
6,11
26,5
0,09
< 0,01
0,47
0,84
7
IVA
33
6,66
27,5
0,03
< 0,01
0,05
0,20
8
IVB
25
6,68
27,5
0,01
< 0,01
1,40
0,76
9
VA
20
4,90
27
< 0,01
< 0,01
< 0,05
0,60
10
VB
40
6,05
27
0,04
< 0,01
< 0,05
0,15
11
VIA
50
5,45
27,5
< 0,01
< 0,01
< 0,05
0,54
12
VIB
25
6,04
28
0,02
< 0,01
< 0,05
0,33

IV.2 Pembahasan
            Dalam percobaan ini praktikan menguji kadar fosfat, kadar ammonia, konsentrasi Fe, dan konsentrasi Mn dari sampel air yang diambil dari 12 tempat makan yang berada di wilayah UIN Jakarta. Untuk sampel ID IA, IB, IIA, IIB, IIIA, IIIB sampel air diambil dari tempat makan yang berada disamping wilayah UIN Jakarta,. Untuk sampel ID IVA, IVB, VA, VB, VIA, VI B sampael air diambil dari tempat makan yang berada didepan wilayah UIN Jakarta.
            Sampling air ini dilakukan pada pagi hari dimana belum banyak terjadi aktivitas memasak, sehingga sampel air yang diperoleh murni menunjukkan keadaan dalam sumber air. Pada saat proses sampling air ini praktikan membiarkan air terus mengalir ke dalam botol sampel sampai 10 kali volume botol sampel, hal ini bertujuan agar sampel tidak mengandung kerak maupun partikel besar lainnya
Selanjutnya, sampel yang diperoleh dibawa ke laboratorium untuk dilakukan uji sifat fisik air. Dalam hal ini praktikan hanya menguji dua variabel yaitu pH dan suhu sampel air. Sebelumnya sampel air telah ditambahkan larutan asam nitrat (HNO3), yang bertujuan untuk mengawetkan sampel air tersebut. Penambahan asam nitrat tersebut tidak mempengaruhi kadar yang akan diuji dari sampel tersebut.
Menurut Baku mutu nasional berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 tanggal 29 juli 2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum, pH air yang layak diminum itu berkisar antara 6,5-8,5. Dari sampel air yang telah diuji ada beberapa sampel yang memiliki nilai pH masih dibawah ambang batas yaitu <6,5. Air yang memiliki nilai pH dibawah nilai ambang batas bersifat asam, hal ini dapat mempengaruhi tingkat keasaman darah jika dikonsumsi terus-menerus. Jika darah terlalu asam maka darah akan menggumpal, dan berakhir pada kerja jantung yang melambat. Jika berlangsung lama, maka berbagai penyakit akan menyerang. Selain itu air yang meiliki pH asam memiliki kemampun untuk menyebabkan korosi yang lebih besar. Dari data suhu untuk masing-masing sampel air, kesemuanya masih memiliki suhu yang tidak berbeda jauh dengan lingkungan pada saat itu. Jika ditinjau dari lokasi pengambilan sampel tidak ada perbedaan yang signifikan untuk mengenai nilai pH yang terkandung dalam masing-masing sampel air.
Selanjutnya praktikan menguji kadar fosfat (PO4) dengan metode asam askorbat. Metode asam askorbat dapat digunakan untuk penetapan bentuk-bentuk fosfat tertentu didalam air minum, air permukaan, air payau, air limbah rumah tangga dan limbah industry. Cara uji ini digunakan untuk penentuan kadar fosfat yang terdapat dalam air/air limbah antara 0,01-1.0 mg/L PO43- dengan menggunakan metode asam askorbat dengan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 880 nm.
Dari hasil pengamatan didapati ada dua sampel (sampel VA dan VIA) yang memiliki nilai kadar fosfat dibawah nilai MDL (Methode Detection Limit). Hal ini menunjukan bahwa kandungan fosfat dalam sampel air tersebut sangatlah kecil. Dan untuk sampel yang lain memiliki nilai kadar fosfat masih dalam kisaran MDL. Adanya kandungan fosfat ini, dikarenakan pada limbah domestik berupa sampah organik dan sampah anorganik serta diterjen. Sampah-sampah ini tidak dapat diuraikan oleh bakteri (non biodegrable). Sampah organik yang dibuang ke sungai menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen terlarut, karena sebagian besar digunakan bakteri untuk proses pembusukannya. Apabila sampah anorganik yang dibuang ke sungai, cahaya matahari dapat terhalang dan menghambat proses fotosintesis dari tumbuhan air dan alga, yang menghasilkan oksigen.Dan akhirnya dapat mencemari sumur-sumur atau air tanah pemukiman disekitarnya. Dalam KepMenKes 907-2002 tidak tercantum baku mutu untuk kadar fosfat dalam air, akan tetapi keberadaan fosfat dalam air dengan pemakaian yang terus menerus berpotensi sebagai salah satu penyebab kanker. Jika ditinjau dari dari lokasi pengambilan sampel seua data hasil pengamatan masih didalam kisaran batas nilai MDL, tetapi untuk kadar fosfat tertinggi yang terdapat pada sampel ID IIIA lokasi sampel berada diwilayah samping UIN Jakarta, dan untuk dua sampel yang memiliki kadar Fosfat dibawah batas nilai MDL lokasi sampel berada diwilayah depan UIN Jakarta.
Selanjutnya praktikan menguji kadar ammonia (NH3) dengan metode phenat. Ammonia dan hypochlorite dengan katalis sodium nitroprusside akan menghasilkan intensitas senyawa biru dari indofenol yang diukur dengan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 640 nm. Cara uji ini digunakan untuk penentuan kadar ammonia (NH3-N) dalam sampel air dengan metode Phenat yaitu dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 640 nm dan dengan konsentrasi NH3-N antara 0,1 mg/L sampai 0,6 mg/L.
Dari hasil pengamatan didapati bahwa semua sampel memilki kadar ammonia dibawah nilai MDL. Hal ini menunjukan bahwa kadar ammonia dalam sampel tersebut sangatlah kecil. Menurut Baku mutu nasional berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 batas kadar ammonia yang terkandung dalam air yang akan dikonsumsi yaitu 0,15 mg/L. dan untuk batas nilai MDL untuk penentuan kadar ammonia yaitu0,1 mg/L sampa 0,6 mg/L. Dari hasil pengamatan, semua sampel memiliki nilai kadar ammonia < 0,1 mg/L. Keberadaan ammonia dalam air minum dapat menyebabkan perubahan fisik air seperti timbulnya bau gas ammoniak dan perubahan warna jika kandungan ammonia terlalu tinggi. Standar kualitas air minum yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI tidak memperbolehkan ammonia terdapat dalam air minum. Jika ditinjau dari lokasi pengambilan sampel, semua sampel yang diambil dari 12 lokasi memiliki nilai kadar ammonia masih berada dibawah nilai MDL dan nilai baku mutu yang ditetapkan pemerintah.
Selanjutnya praktikan menentukan kadar logam besi (Fe) dan mangan (Mn). Berdasarkan ADI (Accebtable Daily Intake) orang deawasa menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MenKes/ Per/IX/1990 tentang syarat-syarat Air Bersih, Keputusan Menteri Kesehatan RI No.907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan  pengawasan kualitas Air Minum, maka kadar maksimum yang diperbolehkan untuk Fe adalah 0,3 mg/L sedangkan kadar Mn adalah 0,1 mg/L. Untuk nilai MDL Fe adalah 0,05 mg/L dan untuk nilai MDL Mn adalah 0,01 mg/L.
Penentuan kadar Fe dan Mn dalam sampel air ini menggunakan instrument AAS. Spektrofometri serapan atom merupakan salah satu metode analisis yang dipergunakan untuk mengidentifikasi dan menentukan keberadaan ion logam baik  secara kualitatif maupun kuantitati  dalam semua jenis materi dan larutan. Pegukuran dalam spektroskopi serapan atom ini didasarkan pada radiasi yang diserap oleh atom yang tidak tereksitasi dalam bentuk uap.  Prinsip analisa dengan menggunakan AAS adalah interaksi antara energi radiasi dengan atom unsure yang dianalisis .
Pada percobaan ini, larutan standar Fe dan larutan standar Mn dengan konsentrasi yang berbeda-beda yang dihasilkan dari pengenceran larutan induk, akan dianilisis absorbansinya untuk menghasilkan konsentrasi larutan sampel yang belum diketahui. Dari hasil pengamatan didapati bahwa ada empat sampel (sampel IIB, IIIA, IIIB, dan IVB) yang memiliki konsentrasi Fe > 0,3 mg/L diatas nilai baku mutu yang ditetapkan pemerintah dan keempat sampel tersebut lokasi pengambilan sampelnya 3 sampel berada diwilayah samping UIN Jakarta dan 1 sampel pengambilan sampel berada diwilayah depan UIN Jakarta. Untuk sampel yang memiliki nilai kadar Fe dibawah MDL (< 0,05 mg/L) yaitu sampel ID VA, VB, VIA, dan VIB. Untuk sampel yang memiliki kadar Fe tepat dengan nilai MDL yaitu sampel ID IVA, semua sampel tersebut lokasi pengambilan sampel berada diwilayah depan UIN Jakarta. Dan untuk sampel air yang diambil dari lokasi diwilayah samping UIN Jakarta, semua sampel memiliki nilai kadar konsentrasi Fe diatas batas nilai MDL.
 Dan untuk hasil pengamatan pengukuran konsentrasi Mn dalam larutan sampel, semua sampel memiliki kadar Mn diatas nilai bats nilai MDL (> 0,01 mg/L) dan hanya ada satu sampel yaitu sampel ID IA yang memili kadar Mn dibawah nilai baku mutu yang ditetapkan pemerintah (<0,1 mg/L).
Kandungan besi atau mangan dalam air berbahaya bagi kesehatan. Jika zat tersebut berada dalam air maka dapat menyebabkan rasa tidak enak dan noda. Kelebihan zat besi (Fe) bisa menyebabkan keracunan dimana terjadi muntah, kerusakan usus, penuaan dini hingga kematian mendadak, mudah marah, radang sendi, cacat lahir, gusi berdarah, kanker, cardiomyopathies, sirosis ginjal, sembelit, diabetes, diare, pusing, mudah lelah, kulit kehitam – hitaman, sakit kepala, dan gagal hati. ubuh manusia mengandung Mn sekitar 10 mg dan banyak ditemukan di liver, tulang, dan ginjal. Kelebihan Mn dapat menimbulkan racun yang lebih kuat dibanding besi. Toksisitas Mn hampir sama dengan nikel dan tembaga.












BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
·   Rata-rata nilai pH dari beberapa sampel masih didalam nilai baku mutu yang ditetapkan pemerintah.
·   Kadar fosfat yang terkandung dalam sampel masih dalam kisaran nilai MDL.
·   Kadar ammonia yang terkandung dalam semua sampel dibawah nilai MDL dan dibawah nilai baku matu pemerintah.
·   Sampel air yang diambil dari tempat makan yang berada diwilayah samping UIN Jakarta memiliki konsentrasi Fe lebih besar dari sampel yang diambil dari tempat makan diwilayah depan UIN Jakarta.
·   Semua sampel air memiliki konsentrasi Mn lebih besar dari nilai MDL.
V.2 Saran
Dalam pengujian zat-zat yang terkandung dalam air untuk  pengambilan sampel uji lebih baik dilakukan sesuai dengan prosedur, untuk menghindarkan kontaminasi terhadap sampel. Instrumen yang digunakan untuk analisis sebaiknya sudah dikalibrasi terlebih dahulu sehingga diperoleh data dengan presisi dan keakuratan yang tinggi.










Daftar Pustaka
Achmad, Rukaesih.2004.Kimia Lingkungan.Yogyakarta : Penerbit Andi.
http://bsn.go.id diakses 09 Desember 2011 13.10
http://id.wikipedia.org/wiki/Fosfat diakses 9 Desember 2011 13.30

http://journals.iucr.org/e/issues/2005/03/00/ac6148/ac6148scheme1.gif  27 Desember 2011 07.30
http://repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/1704.pdf diakses 10 Desember 2011 10.45
http://victoria-ro.com diakses 09 Desember 2011 14.36

LAMPIRAN
A. Uji Fosfat dengan Metode Asam Askorbat
Ø  Pembuatan Kurva Kalibrasi
Konsentrasi Fosfat Standar mg/L (x)
Absorbansi Standar (y)
ID Sampel
Hasil Pengukuran (C)
Kadar Fosfat Sampel (mg/L)*
0,0
0,005826
IA
0,0131
0,01
0,2
0,1232
IB
0,0336
0,03
0,4
0,242
IIA
0.0196
0,02
0,8
0,4888
IIB
0.0096
0,01
1,0
0,6144
IIIA
0,0902
0,09


IIIB
0,0212
0,02


IVA
0,0302
0,03


IVB
0,0139
0,01


VA
0,0023
<0,01


VB
0,0367
0,04


VIA
0,0034
<0,01


VIB
0,0248
0,02
*        MDL untuk Fosfat berada pada kisaran konsentrasi 0,01 – 1,0 mg/L









B. Uji Ammonia (NH3-N) Sampel Air dengan Metode Phenat
Ø  Pembuatan Kurva Kalibrasi
Konsentrasi Ammonia  Standar mg/L (x)
Absorbansi Standar (y)
ID Sampel
Hasil Pengukuran (C)
Kadar Ammonia (mg/L)*
0,0
0,0007447
IA
0,0421
<0,1
0,1
0,1159
IB
0,0241
<0,1
0,2
0,1957
IIA
-0,0208
<0,1
0,3
0,4279
IIB
0,0300
<0,1
0,5
0,7666
IIIA
0,0060
<0,1


IIIB
-0,0961
<0,1


IVA
-0,1207
<0,1


IVB
-0,1257
<0,1


VA
-0,1574
<0,1


VB
-0,2609
<0,1


VIA
-0,0415
<0,1


VIB
0,0516
<0,1
*        MDL untuk Ammonia berada pada kisaran konsentrasi 0,1-0,6 mg/L










C. Penentuan Kadar Logam Besi dan Mangan dalam Sampel Air
Ø  Pembuatan Kurva Kalibrasi Fe
Konsentrasi Standar mg/L (x)
Absorbansi Standar (y)
ID Sampel
Hasil Pengukuran (C)
Kadar Fe (mg/L)*
0,0
0,0000
IA
0,086
0,09
1,0
0,0308
IB
0,250
0,25
3,0
0,0896
IIA
0,232
0,23
6,0
0,1674
IIB
1,014
1,01


IIIA
3,262
3,26


IIIB
0,473
0,47


IVA
0,050
0,05


IVB
1,401
1,40


VA
-0,117
<0,05


VB
-0,084
<0,05


VIA
-0,004
<0,05


VIB
-0,068
<0,05
*        MDL untuk logam besi (Fe) yaitu 0,05 mg/L











Ø  Pembuatan Kurva Kalibrasi Mn (*MDL untuk logam Mn 0,01 mg/L)
Konsentrasi Standar mg/L (x)
Absorbansi Standar (y)
ID Sampel
Hasil Pengukuran (C)
Kadar Mn (mg/L)*
0,0
0,0000
IA
0,021
0,02
1,0
0,0716
IB
0,121
0,12
3,0
0,2065
IIA
0,107
0,11
6,0
0,3835
IIB
1,035
1,04


IIIA
0,710
0,71


IIIB
0,838
0,84


IVA
0,198
0,20


IVB
0,759
0,76


VA
0,596
0,60


VB
0,149
0,15


VIA
0,537
0,54


VIB
0,326
0,33










No comments: